Bisnis.com, JAKARTA — Depresi besar atau ‘zaman meleset’ begitu orang zaman dulu bilang. Istilah ‘meleset’ ini bermula dari istilah dalam bahasa Prancis, malaise. Karena orang kita tak mau ribet. Jadilah malaise menjadi meleset.
Istilah meleset, jauh lebih praktis, politis, jelas dan gampang dipahami rakyat jelata. Mungkin karena alasan inipula, duo pendiri bangsa Sukarno dan Mohammad Hatta lebih suka memakai istilah ‘meleset’ ketimbang great depression atau malaise. Lebih mengena dan dekat dengan rakyat, katanya.
Apapun istilah yang dipakai, ketiganya cukup mewakili kondisi 90-91 tahun silam. Masa ketika, ekonomi memang sedang remuk redam.
Ekonomi suram dan hampir terjadi di seluruh belahan dunia (istilah sekarang krisis ekonomi global). Termasuk Indonesia, yang masih terjangkit virus kolonialisme Belanda.
Mohammad Hatta dalam Krisis "Ekonomi & Kapitalisme", menulis depresi besar yang bermula dari anjloknya saham di New York Stock Exchange pada 1929, benar-benar membuat semua negara kelimpungan.
Ekspor anjlok. Komoditas perkebunan dan tambang juga tak laku. Ekonomi Hindia Belanda yang mengandalkan ekspor komoditas praktis porak – poranda.