Bisnis.com, JAKARTA — Sejatinya, Televisi Republik Indonesia (TVRI) didirikan untuk dapat menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia di dunia internasional, mengingat stasiun televisi ini beroperasi demi menyiarkan Asian Games 1962 di Jakarta. Namun, kini masalah internal membelenggu kinerja lembaga penyiaran publik itu.
Namun, seiring dengan perkembangan industri televisi di Indonesia, tayangan-tayangannya dinilai tak lagi relevan dan teknologinya ketinggalan. TVRI pun tak lagi menjadi kebanggaan masyarakat.
Kini, konflik internal yang menyelimuti stasiun televisi makin membuat TVRI terpuruk. Bak drama perebutan takhta, direksi dan Dewan Pengawas (Dewas) stasiun televisi milik negara itu terus saling jegal untuk mempertahankan posisi di tengah kemelut yang terjadi pascapencopotan Helmi Yahya selaku Direktur Utama (Dirut).
Namun, di balik episode demi episode drama itu, para pekerja lembaga penyiaran tertua di Indonesia itu dilanda kegamangan. Pasalnya, konflik antara direksi dan Dewas berbuntut pada terhalangnya pencairan tunjangan kinerja (tukin) karyawan.
Mantan Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI Helmy Yahya (kanan) menerima karangan bunga dari sejumlah pegawai TVRI sebelum mengikuti Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (28/1/2020)./ANTARA FOTO-Dhemas Reviyanto