Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cari Bahan Baku Jamu Alternatif, BPOM Akan Bentuk Satgas Khusus

Gabungan Pengusaha Jamu (GP Jamu) menyatakan penambahan varian tanaman obat baru dapat menjadi pemicu akselerasi pertumbuhan industri jamu.
Petugas menyortir rempah-rempah di Pusat Saintifikasi dan Pelayanan Jamu (PSPJ) di Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis (17/1/2019)./ANTARA-Harviyan Perdana Putra
Petugas menyortir rempah-rempah di Pusat Saintifikasi dan Pelayanan Jamu (PSPJ) di Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis (17/1/2019)./ANTARA-Harviyan Perdana Putra

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan membentuk satuan tugas (satgas) untuk memacu jumlah bahan baku industri jamu maupun fitofarmasi. Adapun, anggota satgas tersebut akan bersumber dari tim Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).

Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik BPOM Maya Gustina Andarini mengatakan hasil penelitian satgas tersebut akan dikoordinasikan dengan Kementrian Pertanian dan Kementerian Perindustrian. Diharapkan pertumbuhan jumlah produk jamu dan fitofarmaka akan lebih tinggi.

"Jadi yang namanya peneliti dan yang menyediakan bahan nyambung sama yang diperlukan masyarakat dan penyakit yang diperlukan. Jangan sampai dibikin tapi penyakitnya tidak ada," ujarnya kepada Bisnis belum lama ini.

Gabungan Pengusaha Jamu (GP Jamu) sebelumnya menyatakan penambahan varian tanaman obat baru dapat menjadi pemicu akselerasi pertumbuhan industri jamu. Industri jamu hanya akan memproduksi tanaman obat yang telah dipublikasikan maupun dipromosikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Ketua Umum GP Jamu Dwi Ranny Pertiwi mengatakan pihaknya telah meminta PT Dexa Medika untuk meneliti tanaman obat baru untuk dapat diproduksi di dalam negeri. Namun, Ranny mengatakan penelitian oleh BPOM akan lebih meyakinkan masyarakat dan meningkatkan permintaan terhadap produk tanaman obat tersebut.

“Makanya saya sering mohonkan ke BPOM dan Kemenkes tolong bantu promosi tanaman apa yang bisa diproduksi,” ujarnya kepada Bisnis.

Ranny mengatakan pihaknya telah diberikan izin untuk membuat produk bagi 15 penyakit baru pada tahun ini. Akan tetapi, imbuhnya, penambahan varian tanaman obat baru yang dapat dijadikan bahan aku dapat memperluas cakupan penyakit yang dapat diobati jamu lebih luas lagi.

Pada semester I/2019, Ranny menyampaikan tekanan pada tahun lalu masih berlanjut pada tahun ini. Namun, produksi masih tumbuh sekitar 5% secara tahunan.

Adapun untuk pasar dalam negeri, Ranny mengatakan daya beli masyarakat dirasakan belum kembali menguat, sehingga pelaku usaha memilih untuk memaksimalkan penjualan produk yang sudah ada. 

Dia menambahkan melemahnya daya beli konsumen industri jamu dan obat tradisional dalam negeri disebabkan oleh kenaikan harga produk pada tahun lalu. Menurutnya, pendapatan konsumer memang naik pada tahun ini, tetapi harga produk juga naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Galih Kurniawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper