Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenperin Dorong Hilirisasi Industri Rumput Laut

Kementerian Perindustrian mengarahkan pengembangan industri rumput laut ke arah hilir. Potensi pengembangan industri hilir sangat terbuka karena Indonesia merupakan penghasil rumput laut tropis terbesar di dunia.
Nelayan menjemur rumput laut di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Senin (4/9)./JIBI-Paulus Tandi Bone
Nelayan menjemur rumput laut di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Senin (4/9)./JIBI-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian mengarahkan pengembangan industri rumput laut ke arah hilir. Potensi pengembangan industri hilir sangat terbuka karena Indonesia merupakan penghasil rumput laut tropis terbesar di dunia.

Saat ini sebagian besar rumput laut dalam negeri banyak diekspor karena industri hilir yang menyerap produk hulu masih kurang. Data Komisi Rumput Laut Indonesia menunjukkan sekitar 80% produksi rumput laut pada 2017 dikirim keluar negeri.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim mengatakan pihaknya mendorong agar industri pengolahan rumput laut, seperti karagenan bisa berkembang. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menarik investasi di sektor ini adalah dengan memberikan insentif berupa tax allowance.

“Selain itu, Kemenperin juga mengusulkan agar investasi produk rumput laut setengah jadi dibatasi dan hanya diizinkan kalau terintegrasi dengan hilirnya seperti refined carragenan,” ujarnya Kamis (27/6/2019).

Selain itu, Kemenperin juga mendorong produk olahan rumput laut non pangan, seperti cangkang kapsul berbasis rumput laut. Rochim menyebutkan saat ini di Indonesia terdapat sebanyak 13 perusahaan yang mengolah rumput laut menjadi karagenan.

Sebagai negara dengan garis pantai terpanjang, rumput laut menjadi komoditas yang tumbuh subur di daerah pesisir. Data Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) menunjukkan terdapat 12 juta hektare wilayah yang berpotensi untuk budidaya rumput laut. Tetapi, hanya 2,25% dari seluruh luas wilayah tersebut yang telah dimanfaatkan, atau hanya 267,8 hektare.

Pemanfaatan luas wilayah yang sebesar 2,25% tersebut mampu memproduksi 10,8 juta ton pada 2017. Dengan jumlah produksi tersebut, tercatat nilai ekspor sebesar US$158,8 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper