Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri kehutanan menilai optimalisasi nilai ekonomi sektor kehutanan dapat dilakukan melalui pola kombinasi tanaman kayu dengan tanaman semusim atau agroforestry.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Purwadi Soeprihanto menyampaikan salah satu ciri utama pada skema investasi sektor kehutanan adalah siklus panen yang berjangka panjang. Dengan skema tersebut diperlukan pengaturan pemanfaatan hasil hutan untuk memperoleh panen yang lestari dan berkelanjutan.
“Untuk mendapatkan nilai ekonomi yang optimal dalam pemanfaatan lahan tersebut harus diupayakan tiga pendekatan,” tuturnya saat dihubungi Bisnis, Senin (4/3/2019).
Pertama, optimalisasi pemanfaatan lahan untuk memperoleh penghasilan sebelum masa panen kayu, antara lain melalui pola agroforestry dengan mengkombinasikan tanaman berkayu dengan tanaman berdaun pendek (semusim).
Agroforestry merupakan suatu bentuk pengelolaan sumber daya yang memadukan kegiatan pengelolaan hutan atau pohon kayu-kayuan dengan penanaman komoditas atau tanaman jangka pendek, seperti tanaman pertanian.
“Kedua, mendorong industri pengolahan yang menghasilkan nilai tambah yang tinggi pada setiap rantai nilai di industri primer, industri sekunder dan tersier, untuk mendorong efisiensi dalam pengalokasian sumber daya,” lanjutnya.
Terakhir, meminimalkan limbah penebangan melalui teknik Reduced Impact Longging (pembalakan ramah lingkungan) dan memanfaatkan secara ekonomis limbah hasil penebangan antara lain untuk sumber energi bio massa.