Bisnis.com, JAKARTA – Industri pengolahan mencatatkan pertumbuhan pada sebesar 4,5% pada kuartal I/2018, lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya di angka 4,28%. Sektor manufaktur masih memberikan kontribusi terbesar dengan mencapai 20,27% terhadap perekonomian nasional.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan pertumbuhan tersebut karena didukung dari peningkatan produksi baik di sektor skala besar maupun industri kecil dan menengah (IKM). Selain itu, pertumbuhan juga didukung oleh kenaikan ekspor untuk komoditas non migas.
Airlangga menyebutkan, pada periode kuartal I/2018, industri pengolahan non migas tumbuh sebesar 5,03%, meningkat dibanding periode yang sama tahun 2017 sekitar 4,8%.
“Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri mesin dan perlengkapan sebesar 14,98%. Capaian ini sejalan dengan peningkatan kinerja bisnis mesin konstruksi dan pertambangan sebagai dampak dari peningkatan aktivitas kedua lapangan usaha tersebut,” ujarnya seperti dikutip dari siaran pers yuang diterima Bisnis.com, Sabtu (12/5/2018).
Selanjutnya, kinerja gemilang diikuti oleh industri makanan dan minuman yang menempati angka pertumbuhan hingga 12,7%. Selain didorong oleh peningkatan produksi minyak kelapa sawit, momentum menghadapi bulan Ramadan juga menjadi salah satu stimulus dalam memacu produktivitas di industri makanan.
“Dengan daya beli masyarakat yang terus berangsur membaik, industri jadi semakin optimistis untuk menggenjot produksinya,” ungkap Airlangga. Selain itu, pertumbuhan disebabkan oleh beberapa faktor lainnya, seperti meningkatnya indeks manajer pembelian (PMI) dan kenaikan harga komoditas.
Kementerian Perindustrian mencatat, sektor manufaktur yang kinerjanya di atas PDB nasional, antara lain industri logam dasar 9,94%, industri tekstil dan pakaian jadi 7,53%, serta industri alat angkutan 6,33%.
Menperin menegaskan, pihaknya bertekad untuk semakin memacu pertumbuhan industri manufaktur dengan melakukan penghiliran. Dengan demikian, dibutuhkan investasi dan peningkatan kinerja ekspor sehingga mempertahankan posisi industri sebagai penyumbang terbesar dari pajak dan cukai.