Bisnis.com, JAKARTA—Perusahaan farmasi PT Deltomed Laboratories menargetkan kenaikan penjualan obat herbal sebesar 20% pada tahun ini.
Direktur Pemasaran PT Deltomed Laboratories Febby Intan menyatakan penjualan produk herbal setiap tahun selalu melebihi proyeksi pertu,buhan penjualan farmasi.
“Maka tahun ini kami tetap yakin dengan memasang target pertumbuhan yang agresif sebesar 20%,” ujar Febby kepada Bisnis usai peluncuran produk OB Herbal Ziplong di Jakarta, Rabu (26/7).
Deltomed, menurutnya, memiliki sedikit perbedaan dengan produsen farmasi pada umumnya di Indonesia. Perseroan sejak didirikan pada 1976 hanya memproduksi produk herbal seperti Antangin, Antalinu, Rapet Wangi, Naturslim, Pil Tuntas, Srongpas, dan OB Herbal.
“Sekarang itu hampir semua perusahaan farmasi berbasis chemical mulai coba masuk ke pasar herbal, karena pertumbuhan demandnya naik jauh lebih cepat dibanding yang berbasis chemical,” ujar dia.
Menurutnya, pola bisnis produk herbal lebih diuntungkan dengan jaminan ketersediaan pasokan bahan baku di dalam negeri. Sementara itu, produsen farmasi berbasis bahan kimia sangat bergantung terhadap bahan baku impor. Implikasinya, pabrikan farmasi herbal tak perlu menghadapi resiko seperti persoalan fluktuasi kurs rupiah.
Baca Juga
“Kalau farmasi yang chemical-based itu 95% raw materialnya impor. Sedangkan kami yang di herbal seluruhnya local content, jadi untuk memperoleh bahan bakunya tidak sulit.”
Terlebih, pemenuhan bahan baku lokal farmasi herbal cenderung menyerap tanaman hasil petani binaan. “Dari situ juga kami bisa dapat bahan baku dengan kualitas baik secara reguler, karena petaninya dibina untuk menjaga kualitas,” ujar dia.
Menurutnya, persentase kenaikan permintaan terhadap produk herbal selalu lebih tinggi ketimbang produk kimia. Sebab masyarakat cenderung semakin menghindari efek samping penggunaan obat kimia.
“Maka kami harap penggunaan herbal bisa semakin diperluas pasarnya. Misalnya pemerintah bisa mulai mendorong dokter yang praktek di RS pemerintah untuk mulai meresepkan produk herbal,” ujar dia.
Sebelumnya, Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia memproyeksikan nilai pasar sektor farmasi pada 2017 senilai Rp70 triliun, sementara pasar produk herbal senilai Rp3 triliun masih berpeluang untuk tumbuh signifikan.