Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

50% Investasi Tahun Depan Bakal Disumbang Sektor Manufaktur

Dirjen Basis Industri Manufaktur Kemenperin Harjanto menyatakan industri besi dan baja semestinya mampu meraja di negeri sendiri.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Dirjen Basis Industri Manufaktur Kemenperin Harjanto menyatakan industri besi dan baja semestinya mampu meraja di negeri sendiri.

Namun, kenyataan yang ada sekarang daya saing sektor ini terbilang minim, pasalnya bahan baku maupun produk jadi tak bisa seluruhnya dipenuhi dari dalam negeri.

“Baja less competitive mungkin karena tata niaga yang memengaruhi, ditambah ada masalah energi, bahan baku, dan logistik,” tuturnya, di Jakarta, Senin (22/12/2014).

Kehadiran investasi baru di sektor besi dan baja diharapkan bisa meningkatkan penyerapan produksi dalam negeri pada masa mendatang. Lebih dari itu, untuk mendorong pencapaian target investasi sektor manufaktur pada tahun depan.

Lazimnya manufaktur berkontribusi sedikitnya 50% terhadap realisasi investasi di industri pengolahan nonmigas. Sejalan dengan target Kemenperin menarik investasi Rp270 triliun artinya sekitar Rp135 triliun diharapkan datang dari sektor manufaktur. Harjanto melemparkan sinyal optimistis atas pencapaian target ini.

Selama ini baja buatan dalam negeri kurang diminati ketimbang produk impor. Konsumen kerap beralasan karena kualitas yang tidak sesuai spesifikasi, padahal masalah utama yang sebenarnya adalah harga yang tak kompetitif.

Oleh karena itu harga produk hasil industri termasuk salah satu masalah dasar yang digarisbawahi Ditjen Basis Industri Manufaktur (BIM). “Slab harganya US$180 per ton tetapi orang sudah bisa jual plat plus ongkos giling slab US$500, ini tak masuk akal karena ongkos giling sendiri bisa US$100,” ucap Harjanto.

Secara umum yang mesti diatasi adalah segala macam hal yang membuat biaya produksi mahal, baik itu karena biaya bahan baku, logistik, tenaga kerja, energi, dan tata niaga. Sektor logam dasar dan besi baja termasuk bidang yang diharapkan memberikan kontribusi besar dalam investasi.

Selain bidang tersebut Harjanto juga menyebutkan industri petrokimia serta penghiliran hasil tambang mineral berupa pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter). Tapi secara keseluruhan andalan Ditjen BIM hingga kini tak lain industri tekstil dan aneka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper