Bisnis.com, DENPASAR — Kalangan agen perjalanan wisata yang menangani wisatawan dari Jerman dan Rusia meminta Pemprov Bali membatasi jumlah kendaraan bermotor seperti Singapura.
Pasalnya, persaingan destinasi wisata di kawasan Asia Tenggara semakin ketat dengan munculnya Laos, Vietnam, dan Thailand sehingga perlu mewaspadai kemacetan yang akan membuat wisatawan asal Benua Biru enggan datang ke Bali.
“Bali harus memikirkan bukan lagi mass tourism tetapi quality tourism. Sekarang masih ada kesempatan untuk take action memperbaiki,” ujar Executive Manager Product and Contracting Go Vacation Indonesia Marika Gloecker di acara Selasa Pariwisata di Denpasar, Selasa (30/9/2014).
Menurutnya, Bali memiliki daya tarik luar biasa bagi wisatawan Jerman dan Rusia sehingga sayang apabila tidak dijaga. Lengkapnya destinasi, mulai dari pantai, gunung, hingga hutan membuat banyak wisatawan dari negerinya mengagumi Pulau Dewata.
Sayangnya potensi pulau seluas 5.780 kilometer persegi yang demikian bagus itu terancam dengan maraknya pembangunan dan konstruksi termasuk serta jumlah kendaraan bermotor.
Data Badan Pusat Statistik Bali menyebutkan jumlah kendaraan bermotor pada 2012 mencapai 2.749.164 unit, meliputi mobil penumpang 267.068 unit, mobil barang/truk 101.509 unit, otobis 5.983 unit, dan sepeda motor 2.374.604 unit.
Pengamatan Bisnis, kemacetan sering terjadi di kawasan Bali Selatan seperti Kuta, Legian, serta di dalam kota Denpasar. Tidak adanya sarana umum yang memadai menyebabkan masyarakat memilih membeli kendaraan bermotor.
Padahal, trean pariwisata saat ini adalah green tourism dan sustainable tourism. Wisatawan Jerman lebih memilih menikmati alam asli Bali dan berinteraksi langsung dengan penduduk lokal untuk merasakan kemurnian. Alhasil kawasan seperti Kuta, Seminyak dan Legian dihindari oleh turis Eropa karena dianggap tidak menarik.
Mereka lebih menyukai mengunjungi destinasi seperti Pantai Pemuteran di Kabupaten Buleleng, Desa Sibetan di Karangasem yang masih menawarkan keasrian alamnya. “Tamu Jerman ke sini tidak ingin tinggal di hotel saja, tetapi ingin terlibat dengan lokal people,” jelasnya Gloecker.
Secara khusus dia meminta pemerintah daerah menjaga kawasan Ubud yang sangat diminati oleh pasar Eropa. Idealnya, penampilan jantung kawasan Gianyar itu tetap dipertahankan keasliannya dan memproteksi masuknya kondotel.