Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Sikap Pengusaha Pelayaran Hadapi Ancaman Resesi Global

INSA memberikan pandangan pengusaha pelayaran dalam menghadapi risiko ancaman resesi global.
Ilustrasi - Suasana di sekitar Pelabuhan Mamuju, Sulawesi Barat./Bisnis-Istimewa
Ilustrasi - Suasana di sekitar Pelabuhan Mamuju, Sulawesi Barat./Bisnis-Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Pelayaran nasional bersikap optimistis sekaligus waspada dalam menghadapi ancaman resesi global pada 2023.

Ketua Umum DPP Indonesian Shipowners Association (INSA) Carmelita Hartoto menjelaskan resesi global telah membayangi ekonomi sejumlah negara. Penyebabnya cukup kompleks, mulai dari perang Rusia-Ukraina yang memicu krisis pangan, energi dan finansial. Sejalan hal tersebut, pengetatan kebijakan moneter di banyak negara untuk menjaga laju inflasi juga membuat semakin dekat dengan resesi.

Meski demikian, dia optimistis ekonomi nasional akan kuat menghadapi kondisi global. Hal ini seiring dengan proyeksi banyak lembaga terhadap ketahanan Indonesia hadapi situasi ekonomi tahun depan. International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia memproyeksikan ekonomi nasional tumbuh positif 5 dan 5,1 persen pada 2023, sedangkan Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan memproyeksikan ekonomi nasional tumbuh berkisar 4,6 hingga 5,3 persen pada 2023.

Menghadapi resesi, INSA menyebut pelayaran nasional tidak akan terlalu terdampak dari sentimen negatif kondisi ekonomi 2023.

"Namun, mungkin saja, jika terjadi penurunan kegiatan ekspor ada tahun depan maka akan berdampak pada kegiatan kapal angkutan ekspor impor dan kapal feeder," ujarnya, Kamis (24/11/2022).

Sejauh ini, hingga Oktober lalu nilai ekspor Indonesia masih tetap tumbuh positif. BPS mencatat nilai ekspor Indonesia sepanjang Januari–Oktober 2022 mencapai US$244,14 miliar atau naik 30,97 persen dibanding periode yang sama tahun 2021. Sementara ekspor nonmigas mencapai US$230,62 miliar atau naik 30,61 persen.

Memei, sapaan akrabnya, memperkirakan untuk sektor angkutan kontainer di domestik masih akan tumbuh positif mengikuti pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun depan. Kemudian, pada sektor curah kering batu bara, masih akan tumbuh positif meski tidak secemerlang sebelumnya, seiring dengan kebutuhan batu bara di dalam negeri, begitu juga dengan kebutuhan ekspor.

Berdasarkan data Kementerian ESDM menyebutkan, kebutuhan batu bara PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sekitar 161,15 juta ton batu bara pada 2023 mendatang, atau meningkat dari 2022 yang mencapai 130 juta ton. Adapun produksi batu bara pada 2023 ditargetkan bisa mencapai 694 juta ton.

Di sisi lain, kebijakan hilirisasi sumber daya alam (SDA) yang tengah digenjot pemerintah juga sedikit banyak akan memberikan dampak terhadap angkutan curah kering. Kebijakan hilirisasi SDA akan memberikan nilai tambah bagi ekspor Indonesia di masa mendatang, dan dari sisi pelayaran nasional di domestik, hilirisasi SDA ini juga menjadi peluang adanya peningkatan muatan karena adanya angkutan raw materials ke smelter.

Sementara itu, perdagangan minyak dunia mengalami peningkatan signifikan sebagai akibat dari pemulihan ekonomi selepas Covid-19. Volume diperkirakan meningkat 3 persen pada 2022, walaupun masih sedikit lebih kecil dibandingkan sebelum Covid-19 yang mencapai 5 persen. Tetapi dampak perang Rusia-Ukraina menyebabkan permintaan rute perdagangan yang lebih panjang, yaitu 5 persen bahkan untuk produk kilang peningkatan-nya mencapai 8 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper