Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ancaman Krisis Pangan, Bank Dunia dan G20 Siapkan Dana US$130 Miliar

Bank Dunia dan forum G20 menyiapkan dana senilai US$130 miliar untuk penanganan krisis pangan yang saat ini mengancam dunia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memimpin pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atau Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (FMCBG) di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (17/2/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/POOL
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memimpin pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atau Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (FMCBG) di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (17/2/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/POOL

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Dunia (World Bank) dan Forum G20 berkomitmen untuk menggelontorkan dana US$130 miliar untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan yang bakal terjadi tahun depan. 

Hal itu disampaikan oleh Menkeu Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers setelah pertemuan antara Menteri Keuangan dan Menteri Pertahanan G20 di Washington DC, Selasa (11/10/2022).

"Kami juga dalam hal ini mengumpulkan inisiatif yang sudah ada, seperti dari World Bank yang memiliki inisiatif US$30 miliar dalam menghadapi krisis pangan ini," ujar Sri Mulyani.

Selain itu, Menkeu juga menuturkan Presidensi G20 Roma tahun lalu, negara-negara G20 berkomitmen untuk menyediakan US$100 miliar dukungan bujet sehingga bisa diakses negara yang menghadapi krisis finansial dan pangan.

Dia menuturkan ancaman krisis pangan global menjadi isu utama yang dibahas oleh forum G20. Menurutnya, fokus pembahasan isu pangan berkaitan dengan nutrisi dan pupuk.

"Kita akan menghadapi 2023, yang mana akan jauh lebih berisiko dalam hal pangan. Inisiatif, kolaborasi, setelah kami mengidentifikasi dan menguji solusinya, maka kami akan bisa melihat isu apa yang membutuhkan penanganan segera," imbuhnya.

Sri Mulyani juga mendorong serta meminta FAO dan World Bank untuk memetakan seluruh respons kebijakan secara global.

Ketika semua orang melakukan tanpa kolaborasi serta kesamaan data dan dashboard, katanya, hal itu dapat menyebabkan tumpang tindih serta bisa menyebabkan adanya titik krusial yang tidak tertangani.

"Dengan memiliki FAO dan World Bank memetakan dan menguji bagaimana respons kebijakan di setiap negara, atau regional, diterapkan ke global, pengambil kebijakan bisa mengidentifikasi area mana yang masih perlu tambahan fokus," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper