Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krisis Biaya Hidup Hantui Keluarga Miskin Inggris, Inflasi Melesat tapi Pendapatan Stagnan

Mayoritas keluarga miskin di Inggris menghadapi krisis saat ini dengan pendapatan yang rendah, tabungan yang menipis, serta dukungan kesejahteraan yang tidak murah. Kondisi ini telah berlangsung bahkan sejak sebelum krisis.
Warga Inggris di masa pandemi Covid-19. /Bloomberg
Warga Inggris di masa pandemi Covid-19. /Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan keluarga termiskin di Inggris mengalami krisis biaya hidup karena tingkat kenaikan pendapatan tak sebanding dengan inflasi yang terus menanjak.

Dilansir dari Bloomberg, lembaga think tank Resolution Foundation melaporkan banyak keluarga di Inggris yang menghadapi krisis saat ini dengan pendapatan yang rendah, tabungan yang menipis, serta dukungan kesejahteraan yang tidak murah.

Situasi seperti ini bahkan terlah berlangsung sejak hampir dua dekade terakhir, menurut lembaga tersebut.

Dalam audit standar hidup layak, Resolution Foundaion memperkirakan pendapatan rumah tangga biasa tumbuh hanya 0,7 persen setiap tahun dalam 15 tahun sebelum pandemi Covid. Sementara itu, seperlima populasi termiskin tidak lebih baik sama sekali.

Di sisi lain, inflasi terus melonjak terutama tahun ini. Kantor Statistik Nasional Inggris mencatat inflasi Mei 2022 menembus 9,1 persen year-on-year (yoy), level tertinggi sejak tahun 1989.

Lesunya laju kenaikan pendapatan ini diakibatkan oleh kinerja produktivitas yang buruk dan ketidaksetaraan yang mengakar selama beberapa dekade. Tingkat pendapatan yang wajar menurut lembaga ini seharusnya lebih tinggi 9.200 poundsterling (Rp166 juta) per tahun jika gaji terus tumbuh seperti sebelum krisis keuangan 2008-2009

Ekonom utama Resolution Foundation Adam Corlett mengatakan catatan buruk standar hidup di Inggris, terutama anjloknya pertumbuhan pendapatan bagi rumah tangga miskin dalam 20 tahun terakhir perlu diubah dalam dekade mendatang.

“Untuk melakukan itu, kita harus mengatasi kegagalan untuk menaikkan gaji dan tingkat produktivitas, memperkuat jaring pengaman sosial, mengurangi biaya perumahan dan membangun apa yang telah kita lakukan dengan baik – seperti meningkatkan lapangan kerja untuk rumah tangga berpenghasilan rendah,” ungkap Corlett, seperti dikutip Bloomberg, Senin (4/7/2022).

Sejak 2004-2005, pertumbuhan pendapatan untuk warga non-pensiunan melambat dari rata-rata 2,3 persen per tahun. Rata-rata upah sekarang tidak lebih tinggi dari sebelum krisis keuangan.

Resolution Foundation mencatat satu dari empat keluarga tidak memiliki tabungan yang cukup untuk menutupi biaya mereka selama sebulan penuh. Sementara itu, tunjangan pengangguran dasar telah turun menjadi 13 persen dari gaji rata-rata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper