Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

India Batasi Ekspor Gula hingga 10 Juta Ton untuk Pasar Global

Pembatasan ekspor gula tersebut berlaku selama musim pemasaran yang berlangsung hingga September 2022, guna mengendalikan harga.
Ilustrasi gula impor gula /KTM
Ilustrasi gula impor gula /KTM

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah India menetapkan untuk membatasi ekspor gula hingga 10 juta ton di pasar global.

Dikutip dari CNN, Jumat (27/05/2022), pembatasan ekspor gula tersebut berlaku selama musim pemasaran yang berlangsung hingga September 2022, guna mengendalikan harga.

Sementara itu, para trader juga telah diminta untuk meminta izin khusus dari pihak berwenang untuk setiap ekspor gula yang dilakukan pada periode 1 Juni dan 31 Oktober 2022.

Pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi mengatakan perlu mengambil tindakan untuk mempertahankan stok gula dalam negeri setelah pertumbuhan ekspor yang belum pernah terjadi sebelumnya, baik pada tahun lalu maupun tahun ini.

Narendra Modi memutuskan untuk melakukan pembatasan ekspor akibat nflasi ritel tahunan yang melanda negeri Bollywood tersebut. Tercatat, inflasi ritel negara itu menyentuh angka 7,8 persen pada April 2022, yang merupakan level tertinggi dalam sewindu terakhir.

Berdasarkan data pemerintah, pada tahun pemasaran yang berlangsung sejak Oktober 2021 hingga September 2022, pabrik gula India sejauh ini telah menandatangani kontrak ekspor sekitar 9 juta ton. Selama periode 12 bulan sebelumnya, India mengirimkan 7 juta ton gula ke luar negeri, jumlah tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.

Menteri Perdagangan India Piyush Goyal mengatakan bahwa peraturan ekspor tersebut seharusnya tidak mempengaruhi pasar global.

"Kami terus mengizinkan ekspor ke negara dan tetangga yang rentan," ujar Goyal, dikutip dari CNN, Jumat (27/05/2022).

Seperti diketahui India adalah produsen gula terbesar di dunia dan eksportir gula terbesar kedua setelah Brasil.

Per hari ini, Jumat (27/05/2022), harga gula berjangka mencapai US$556,50 per metrik ton, naik 1 persen. Harga tersebut naik 13 persen sejak awal Januari dan 26 persen lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.

Bank Dunia menyatakan, kenaikan harga tersebut dipicu oleh perang Rusia dan Ukraina. Harga pangan diperkirakan akan melambung 22,9 persen tahun ini, didorong oleh kenaikan harga gandum sebanyak 40 persen.

Pembatasan ekspor gula oleh India menegaskan rapuhnya situasi pangan global. India berusaha untuk memenuhi bahan bakar yang bersumber dari bahan baku gula yang diubah menjadi etanol. Sehingga, India membatasi ekspor untuk pemenuhan dalam negeri. 

Pembeli global berharap bahwa pengiriman gandum India akan membantu mengisi kesenjangan yang diciptakan oleh perang di Eropa, yang telah memukul pengiriman ekspor komoditas pertanian.

Adapun, Indonesia bergantung setidaknya 60 persen terhadap bahan baku gula impor, dengan kebutuhan impor gula yang mencapai 4 juta ton. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper