Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PDB Diperkirakan Tumbuh 4,8-5,1 Persen di Kuartal I/2022, Ini Faktor Pendukungnya

Sejumlah faktor diyakini menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi atau PDB pada kuartal I/2022.
Sejumlah pekerja berjalan di jalur pedestrian Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Jumat (2/7/2021)./Antara
Sejumlah pekerja berjalan di jalur pedestrian Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Jumat (2/7/2021)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Pelonggaran kebijakan pembatasan sosial diperkirakan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kisaran 4,8-5,1 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal I/2022 ini.

Ekonom dan Staf Ahli Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Ryan Kiryanto mengatakan, dilonggarkannya kebijakan pembatasan sosial sebagai dampak program vaksinasi masif yang mencapai 75 persen dari target populasi penduduk yang harus divaksin, menjadikan Indonesia mendekati level herd immunity. Dengan demikian Indonesia bersiap diri menuju fase endemi, sehingga telah mendorong mobilitas orang dan barang secara masif.

Dibukanya berbagai jalur dan moda transportasi semakin meningkatkan permintaan masyarakat terhadap berbagai jenis barang dan jasa. Meskipun sempat dibayangi oleh penyebaran varian virus baru Omicron pada awal tahun ini, Ryan menilai kesigapan pemerintah telah mampu mengatasi efek negatif lebih lanjut dari sebaran Omicron tersebut.

Selain itu, sistem dan manajemen kesehatan nasional juga semakin baik yang membuat kepercayaan diri masyarakat semakin meningkat untuk melakukan berbagai kegiatan ekonomi dan sosial. Persentase pola kerja di kantor (work from office/WFO) pun ditingkatkan dan sebaliknya pola kerja di rumah (work from home/WFH) diturunkan.

"Semua itu pada gilirannya mampu mendongkrak sisi permintaan masyarakat secara signifikan. Itulah yang mendasari pertumbuhan PDB Indonesia di kuartal pertama tahun ini berkisar 4,8-5,1 persen yoy," ujar Ryan dalam rilis analisis ekonominya, Minggu (8/5/2022).

Menurutnya, pola yang sama akan terjadi pula di kuartal kedua tahun ini, terlebih dengan adanya kebijakan cuti bersama dan aktivitas selama Ramadan disertai fenomena mudik Lebaran yang mendorong permintaan masyarakat melonjak sangat signifikan dibandingkan periode yang sama dalam 2 tahun terakhir.

Dia menyebutkan, permintaan dadakan (pent-up demands) pun terdorong meningkat tajam setelah sekitar 2 tahun hasrat konsumsi masyarakat tertahan karena pandemi. Disposal income masyarakat yang tinggi mendorong perilaku konsumtif ketika masyarakat percaya diri untuk keluar rumah dan melakukan berbagai aktivitas, termasuk aktivitas konsumsi.

Pada periode kuartal pertama lalu pun, kegiatan di sisi pemerintahan juga berjalan relatif normal yang memacu konsumsi pemerintah juga meningkat. Kegiatan investasi langsung oleh pelaku usaha juga meningkat, baik penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Ryan mengatakan, para investor tetap yakin bahwa prospek ekonomi Indonesia ke depannya akan bagus sekali karena ditopang oleh manajemen fiskal, moneter dan sektor keuangan yang solid, harmonis, dan kolaboratif.

"Kegiatan ekspor dan impor pun masih berjalan baik kendati dihadapkan pada ketegangan politik terkait agresi militer Rusia ke Ukraina sejak 14 Februari lalu. Mobilitas arus barang dan jasa akan sedikit terganggu karena disrupsi berbagai moda transportasi laut dan udara setelah Amerika Serikat dan sekutu Barat-nya memberlakukan sanksi ekonomi kepada Rusia. Dalam hal ini Indonesia tetap mampu memupuk surplus neraca perdagangan selama lebih dari setahun terakhir," tuturnya.

Kegiatan ekspor komoditas tetap berjalan normal di tengah kenaikan harga di pasar dunia lantaran permintaan eksternal yang juga tetap solid mendukung kinerja ekspor.

Pada saat yang sama, aktivitas impor pun berjalan normal seiring dengan meningkatnya permintaan domestik baik berupa barang modal maupun bahan baku dan barang setengah jadi untuk mendukung manufaktur. Purcashing Manager Index (PMI) pun berada di zona ekspansi, tepatnya di atas level 50. Indeks tendensi bisnis juga meningkat disertai kenaikan indeks kepercayaan konsumen ritel dan indeks penjualan ritel.

"Untuk keseluruhan tahun 2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tetap akan positif pada rentang 4,75-5,05 persen meskipun dibayang-bayangi potensi kenaikan inflasi dan suku bunga acuan yang tetap terukur dan akomodatif untuk bisa menopang perekonomian nasional," kata Ryan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper