Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada 3 Risiko Besar yang Ancam Pemulihan Ekonomi RI

Beberapa harga komoditas, terutama batu bara, nikel, dan CPO (minyak sawit mentah) mencapai rekor tertinggi pada Maret 2022.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro (kanan)menjadi pembicara dalam Macroeconomic Outlook di Jakarta, Rabu (15/5/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro (kanan)menjadi pembicara dalam Macroeconomic Outlook di Jakarta, Rabu (15/5/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA — Ketidakpastian yang masih tinggi di tingkat global seiring perang Rusia-Ukraina dikhawatirkan akan mendorong lonjakan inflasi dan ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah. 

Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan perekonomian global bahkan diperkirakan akan mengalami stagflasi pada tahun ini, atau lebih buruk dari banyak prediksi pascapandemi.

“Kami percaya volatilitas ini akan bertahan sepanjang tahun karena tiga risiko besar perang Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan, kebijakan Fed yang lebih hawkish, dan kebijakan zero Covid-19 China dan perlambatan pertumbuhan ekonomi lebih lanjut,” katanya dalam keterangan resmi yang dikutip Bisnis, Minggu (1/5/2022).

Dia menyampaikan, perang Rusia dan Ukraina telah memperpanjang risiko kenaikan harga di pasar komoditas yang telah terjadi sebelumnya, yaitu pemulihan ekonomi global pasca Covid-19 dan krisis energi (power crunch).

Beberapa harga komoditas, terutama batu bara, nikel, dan CPO (minyak sawit mentah) mencapai rekor tertinggi pada Maret 2022.

Sementara, lanjut Andry, dampak konflik Rusia-Ukraina terhadap perekonomian Indonesia dapat diidentifikasi melalui tiga jalur, yaitu  pasar keuangan, perdagangan, dan harga komoditas/inflasi.

“Untungnya, tekanan di pasar keuangan relatif moderat, karena sentimen negatif tersebut dibarengi dengan membaiknya optimisme ekonomi dan meningkatnya surplus perdagangan,” jelasnya.

Selain itu, efek negatif melalui jalur perdagangan juga terbatas, karena porsi Rusia dan Ukraina kecil dalam arus perdagangan dan investasi ke Indonesia relatif kecil.

Meski demikian, menurutnya kondisi ini masih akan memberikan dampak negatif bagi perekonomian Indonesia karena kenaikan harga minyak, yang menimbulkan risiko penyesuaian harga yang diatur pemerintah dan naiknya inflasi.

Secara keseluruhan, dia mengatakan dampak dari risiko global terhadap perekonomian Indonesia mungkin lebih terbatas daripada perekonomian negara lain.

Pasalnya, Indonesia akan lebih diuntungkan dari kenaikan harga komoditas. Kepercayaan konsumen dan pemulihan aktivitas ekonomi pasca relaksasi PPKM, juga dapat menangkal dampak negatif inflasi terhadap perekonomian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper