Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Pertemuan The Fed, Bank Sentral Dunia Bersiap Kerek Suku Bunga

Gubernur Jerome Powell diprediksi akan memperkuat ekspektasi kenaikan 50 basis poin selanjutnya pada Juni saat konferensi pers pertemuan 3-4 Mei 2022.
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum

Bisnis.com, JAKARTA — Pejabat Federal Reserve diperkirakan akan menaikkan patokan suku bunga acuan mereka pada pertemuan Rabu yang diikuti dengan pengetatan kebijakan oleh bank sentral di kawasan lainnya.

Dilansir Bloomberg pada Minggu (1/5/2022), The Fed akan mulai menyusutkan neraca bank sentral hingga US$95 miliar per bulan.

Gubernur Jerome Powell diprediksi akan memperkuat ekspektasi kenaikan 50 basis poin selanjutnya pada Juni saat konferensi pers pertemuan 3-4 Mei. Pada saat itu akan terlihat petunjuk mengenai cara AS menghadapi inflasi terpanas dalam empat dekade.

“Data upah terbaru sudah mendorong pasar untuk mempertimbangkan pengetatan 75 bps lebih lanjut pada bulan Juni. Kami pikir itu terlalu dini, mengingat tanda-tanda awal bahwa inflasi AS memuncak," kata ekonom Bloomberg Anna Wong, Yelena Shulyatyeva, Andrew Husby, Eliza Winger.

Laporan belanja konsumen terbaru menunjukkan perlambatan moderat dalam inflasi PCE inti, ukuran pada barang dan jasa, dan belanja jasa yang lebih cepat pada akhir kuartal I yang akan melepaskan beberapa tekanan pada harga barang.

Di kawasan lain, puluhan bank sentral lainnya akan segera mengumumkan kebijakan pada pekan depan dengan prediksi kenaikan suku bunga.

Besarannya bervariasi dari 15 basis poin seperti yang diantisipasi oleh para ekonom di Australia, hingga 0,25 persen di Inggris, hingga 1 persen di Brasil dan Polandia.

Keputusan Bank of England pada Kamis akan menjadi sorotan kawasan, dengan sebagian besar ekonom memperkirakan suku bunga akan dinaikkan untuk pertemuan keempat berturut-turut menjadi 1 persen, level tertinggi sejak 2009.

The Fed mengantisipasi pengetatan kebijakan di Asia dengan respons Hong Kong Monetary Authority terhadap kebijakan The Fed pada Kamis.

Sementara itu Tokyo juga menunjukkan kenaikan harga bahan bakar dan indeks manajer pembelian China pada Sabtu menunjukkan aktivitas ekonomi terkontraksi pada April karena adanya penguncian.

Sementara itu, pasar ketenagakerjaan AS tetap kuat. Proyeksi pada Jumat memperlihatkan adanya tambahan 400.000 pekerjaan pada April.

Pengangguran diproyeksi menurun hingga 3,5 persen, menjadi yang terendah sejak 1969. Rata-rata pendapatan per jam diprediksi akan naik.

Powell telah mendukung kebijakan front loading untuk menekan harga sehingga mengikuti target inflasi The Fed sebesar 2 persen. Namun, masih belum jelas apakah dia akan menekan suku bunga ke level restriktif atau ke level di atas netral.

Sejumlah pejabat melihat kemungkinan suku bunga di kisaran 2,5 persen.

Selain bank sentral lainnya, termasuk Presiden The Fed St. Louis James Bullard telah mengatakan dengan terbuka bahwa kenaikan bisa di atas tingkat netral jika harga gagal untuk ditekan.

Dia mengatakan mendukung kenaikan suku bunga hingga 3,5 persen dan kenaikan sebesar 75 basis poin berada dalam perdebatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper