Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Selain Kenaikan Fed Fund Rate, Rupiah Dibebani dengan Larangan Ekspor CPO

Pengumuman larangan ekspor minyak goreng dan bahan bakunya diperkirakan akan ikut membebani rupiah.
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Kebijakan pelarangan ekspor minyak goreng dan bahan bakunya oleh pemerintah dinilai akan memperburuk efek kenaikan suku bunga acuan the Fed terhadap rupiah.

Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi menyampaikan bahwa kebijakan larangan ekspor oleh pemerintah yang kerap berubah-ubah menunjukkan proses pembuatan kebijakan di Indonesia yang sulit diprediksi dan kontraproduktif.

Awalnya, pengumuman larangan ekspor minyak goreng dan bahan bakunya yang dilakukan oleh Presiden Joko widodo membuat pasar kaget dan bingung karena informasi yang tidak memadai.

“Akibatnya, pasar berasumsi pemerintah akan menerapkan larangan ekspor penuh atas minyak sawit mentah [CPO] dan produk-produk derivatifnya. Hal ini memicu aksi jual atas saham-saham sektor sawit seperti AALI, LSIP, dan TAPG yang terkoreksi -7 persen hari Senin lalu,” katanya dalam keterangan resmi, Sabtu (30/4/2022).

Di sisi lain, nilai tukar rupiah juga terdepresiasi sebesar -0,7 persen ke Rp14.457 per dolar Amerika Serikat.

“Pasar khawatir kalau larangan ekspor akan membuat rupiah rentan terhadap kenaikan suku bunga Federal Reserve dalam waktu dekat,” jelasnya.

Untuk meredakan kepanikan pasar, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengklarifikasi bahwa larangan ekspor bahan baku minyak goreng hanya akan berlaku bagi refined, bleached, dan deodorized (RBD) palm olein.

Namun, target kebijakan tersebut diperluas secara mendadak di hari Rabu yang mencakup CPO, RBD-PO, RBD palm olein dan minyak goreng.

Lionel memperkirakan larangan ekspor penuh akan mengurangi nilai ekspor minyak sawit hingga US$2,5 miliar hingga US$3 miliar per bulan.

Penurunan nilai ekspor yang lebih lebih besar kata dia berpotensi membuat rupiah rentan terhadap dampak dari kenaikan suku bunga the Fed selama beberapa bulan ke depan.

“Sebelum diumumkan, nilai tukar rupiah bergerak stabil di kisaran Rp14.350 per dolar AS. Setelah kebijakan larangan ekspor diumumkan minggu lalu, rupiah mengalami depresiasi -1 persen ke Rp14.497 per dolar AS,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper