Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi RI Lebih Rendah dari AS dan Turki, Jokowi: Alhamdulillah

Presiden Joko Widodo (Jokowi) membandingkan kondisi inflasi di Indonesia dengan beberapa negara lain seperti Amerika Serikat (AS) dan Turki.
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (8/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (8/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut Indonesia dan negara-negara lain di dunia pada tahun ini dan tahun depan akan menghadapi situasi yang tidak mudah.

Jokowi mengatakan ada beberapa tantangan yang dihadapi pada 2022 dan 2023 yang menyebabkan situasi ekonomi dan situasi politik global mengalami gejolak dan penuh dengan ketidakpastian.

Presiden mengungkapkan tantangan pertama adalah pandemi belum sepenuhnya berakhir, beberapa negara masih bergulat menekan penyebaran Covid-19 bahkan masih melakukan lockdown. 

Tantangan kedua adalah, gangguan supply chain yang dampaknya ke mana-mana. Tantangan Ketiga, perang antara Rusia dan Ukraina yang masih belum berakhir sampai dengan saat ini hingga memunculkan krisis energi dan krisis pangan.

"Akhirnya inflasi global meningkat tajam dan pertumbuhan ekonomi global juga akan mengalami perlambatan," kata Jokowi saat membuka Musrembangnas 2022, di Istana Negara, Jakarta, Kamis (28/4/2022).

Terkait inflasi, Jokowi membandingkan kondisi Indonesia dengan beberapa negara lain. Dia menyebut Turki merupakan salah satu negara dengan kenaikan inflasi yang paling tinggi yaitu sudah melompat ke angka 61,1 persen. Selain itu, Amerika yang biasanya di bawah 1 persen, kata Jokowi, sekarang sudah 8,5 persen.

"Negara kita alhamdulillah masih berada, terakhir masih berada di angka 2,6 persen. Ini yang harus bersama-sama kita perbaiki, kita pertahankan," ujar Jokowi.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan alasan dirinya menyampaikan gambaran tersebut ialah agar seluruh pihak betul-betul waspada, betul-betul mengalkulasi/menghitung secara detail sehingga langkah antisipasinya tepat, langkah antisipasinya benar.

"Kita harus betul-betul siap jika krisis ini berlanjut hingga tahun depan. Hati-hati semuanya. Semua, kita harus memiliki sense of crisis. Jangan seperti biasanya, jangan business as usual. Hati-hati, sense of crisis harus ada di kita semuanya, sehingga kita harus ada perencanaan yang baik, harus ada skenario yang pas dalam menghadapi situasi yang tidak pasti ini," tegasnya.

Lebih lanjut, Jokowi mengatakan di tengah situasi yang penuh gejolak ini, RI patut bersyukur. Pasalnya, perkembangan ekonomi nasional menunjukkan tren yang positif, surplus perdagangan juga positif, Februari di angka 3,82 miliar dan pada Maret di angka 4,5 miliar surplusnya.

Pertumbuhan kredit di Februari juga menunjukkan tren yang baik yaitu 6,33, naik dari Januari 5,79. Kemudian, PMI (Purchasing Manager Index) manufaktur di bulan Maret juga membaik di angka 51,3 dari bulan Februari di 51,2.

Dia menyebut indeks penjualan riil, juga sudah di atas normal, pada Maret 2022 di angka 14,5 persen. Indeks Keyakinan Konsumen juga sudah berada di atas normal.

"Saya kira, angka-angka seperti ini harus kita jaga. Momentum tren positif pertumbuhan ekonomi juga harus kita jaga. Sebagaimana tema RKP 2023, kita harus bekerja keras untuk meningkatkan produktivitas menuju pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper