Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Deretan Fakta Lumpur Panas 30 Meter Menyembur di PLTP Sorik Marapi, Proyek Anak Usaha Radiant Utama (RUIS)

Lumpur panas di proyek panas bumi anak usaha PT Radiant Utama Interinsco Tbk. (RUIS) diikuti dengan gas beracun yang diduna membuat 21 warga dilarikan ke RSUD Panyabungan Mandailing Natal.
Ilustrasi - Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) Ulubelu/esdm.go.id
Ilustrasi - Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) Ulubelu/esdm.go.id

Bisnis.com, JAKARTA — Semburan lumpur panas setinggi lebih dari 30 meter disertai dengan bau gas menyengat terjadi di rig pengeboran panas bumi milik PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) di Desa Sibanggor Julu, Mandailing Natal, Sumatra Utara. Sebanyak 21 warga dilarikan ke RSUD Panyabungan Mandailing Natal karena diduga terpapar gas beracun.

Mereka diduga telah menghirup gas Hidrogen sulfida (H2S) yang berasal dari proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sorik Marapi.

Diberitakan Bisnis sebelumnya, Mukhlis, warga Desa Sibanggor Julu mengatakan sejak proyek PLTP Sorik Marapi mulai dilaksanakan pada 2014 lalu, nyaris seluruh warga desa di sekitar lokasi konsesi panas bumi menolak. Mereka sempat menunjukkan perlawanan dengan memblokir Jalan Lintas Sumatra. Peristiwa kelam itu bahkan menelan korban jiwa.

Akan tetapi seiring waktu, sebagian warga yang dulunya menolak mulai beralih karena berbagai alasan, seperti dipekerjakan dalam proyek atau diimingi sesuatu. Kini, tak sedikit dari mereka yang juga rela menjual tanahnya.

Adapun Desa Sibanggor Julu berjarak kurang dari 500 meter dari lokasi proyek. Desa ini berada tepat di kaki gunung vulkanik Sorik Marapi dan dihuni 460 kepala keluarga dari ribuan jiwa. Mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani.

Pemerintah Pusat Perlu Evaluasi

Bupati Mandailing Natal Jafar Sukhairi Nasution turut angkat bicara mengenai tragedi keracunan massal yang kembali terulang di daerahnya. Menurut Jafar, catatan selama ini menunjukkan pentingnya kajian ulang terhadap pelaksanaan proyek PLTP Sorik Marapi.

Pemerintah pusat diminta mengevaluasi keberadaan proyek tersebut karena mengancam keselamatan warga. "Kami menyayangkan kejadian ini karena terulang. Bahkan kali ini ada semburan lumpur. Jadi keselamatan warga kita tentu lebih utama. Melihat kondisi di lapangan, terutama kenyamanan dan keamanan warga, pemerintah pusat perlu melakukan kajian ulang," kata Jafar kepada Bisnis.

Jafar tidak menampik bahwa keberadaan proyek PLTP Sorik Marapi selama ini turut memberi manfaat kepada daerah, seperti berkontribusi dalam menyerap tenaga kerja lokal. Pemkab Mandailing Natal juga memeroleh 0,5 persen bonus produksi PLTP Sorik Marapi atau mencapai Rp1,9 miliar per tahun.

Namun di sisi lain, menurut Ja'far, terdapat 10 dari 377 desa di Kabupaten Mandailing Natal yang hingga kini belum menikmati aliran listrik. Padahal, di daerah mereka terdapat pembangkit.

Sekadar informasi, PLTP Sorik Marapi ditargetkan memproduksi kapasitas listrik 240 megawatt. Saat ini PLTP tersebut masih memproduksi sekitar 90 megawatt. Listrik yang dihasilkan kemudian dijual atau dipasok ke PLN.

Diapresiasi Kementerian ESDM

Mengutip Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM proyek Sorik Marapi ditargetkan memproduksi listrik dengan kapasitas total sebesar 240 MW. Proyek ini merupakan bagian dari program 35.000 MW energi terbarukan.

Dalam satu kesempatan Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE, Ida Nuryatin Finahari sempat berkunjung melakukan verifikasi lapangan terhadap progress pembangunan dan pencapaian COD PLTP Sorik Marapi Unit I (1x42,3 MW) dan Progres pengembangan Unit II (1x45 MW).

"Saya sangat mengapresiasi perkembangan yang telah dicapai oleh PT SMGP dalam 4 tahun terakhir terutama keberhasilan dalam menghubungkan Unit 1 sampai dengan 45 MW kepada jaringan PT PLN. Saya berharap agar Unit 2 PLTP Sorik Marapi dapat terkoneksi sesuai dengan jadwal dan tentu nya meningkatkan bauran energi di Indonesia.

Pemilik SMGP

Mengutip laman EBTKE ESDM, mayoritas saham PT SMGP atau sebanyak 95 persen dimiliki oleh KS Orka Renewables Pte. Ltd., perusahaan pengembang dan operator panas bumi. Dalam laman resmi KS Orka, perusahaan ini berkantor di Recapital Buliding, Jakarta.

Sisanya, atau 5 persen dimiliki oleh PT Supraco Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada akhir tahun 1979 dan termasuk salah satu anak perusahaan Radiant Group di bawah bendera PT Radiant Utama Interinsco Tbk. (RUIS). Radiant sendiri adalah perusahaan migas yang didirikan oleh Ahmad Ganis.

Adapun SMPG menggarap proyek PLTP Sorik Marapi setelah ditunjuk oleh Konsorsium PT. Supraco Indonesia, The Tata Power Company Ltd., Origin Energy Ltd. Konsorsium ini ditetapkan sebagai pemenang lelang melalui SK Bupati Mandailing Natal No. 600/516/K/2010 tanggal 26 Agustus 2010.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper