Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bandingkan Kondisi Indonesia dan Sri Lanka soal Utang, Sri Mulyani: Beda Jauh

Kondisi Indonesia jauh berbeda dengan Sri Lanka yang sedang mengalami krisis utang. Adapun, pembiayaan utang Indonesia justru menurun dari tahun lalu.
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati/Youtube Ministry of Finance Republic Indonesia
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati/Youtube Ministry of Finance Republic Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut bahwa kondisi Indonesia jauh berbeda dengan Sri Lanka yang sedang mengalami krisis utang. Menurutnya, pembiayaan utang Indonesia justru menurun dari tahun lalu.

Sri Mulyani menjelaskan bahwa hingga Maret 2022, pembiayaan utang dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) mencapai Rp149,6 triliun. Jumlahnya terdiri dari penerbitan surat berharga negara (SBN) Rp133,6 triliun dan pinjaman Rp16 triliun.

Total pembiayaan utang itu turun 55,6 persen dari posisi Maret 2021, yang saat itu mencatatkan pembiayaan Rp336,9 triliun. Menurut Sri Mulyani, penyesuaian strategi pembiayaan terjadi dengan penurunan target lelang SBN, pergeseran global bonds, dan sejumlah strategi lainnya.

Menurutnya, hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi Indonesia berbeda dengan Sri Lanka, yang saat ini mengalami krisis akibat utang. Indonesia kerap dibandingkan dengan kondisi Sri Lanka, di antaranya karena adanya utang terhadap China.

"Pembiayaan kita akan kita usahakan secara sangat prudent, sehingga banyak yang sering kemudian menanyakan kondisi seperti suatu negara, Sri Lanka dibandingkan dengan Indonesia. Dalam hal ini kita melihat kondisi APBN Indonesia jauh sangat berbeda dengan situasi yang dihadapi oleh negara seperti Sri Lanka," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Rabu (20/4/2022).

Dia menjelaskan bahwa kondisi pasar SBN dan pasar uang cenderung tertekan oleh inflasi, dampak konflik geopolitik, dan capital outflow. Namun, dalam kondisi itu Indonesia mampu menciptakan ketahanan APBN dengan kondisi kas yang cukup.

Pasar keuangan Indonesia yang volatile pun dinilai tidak harus dipaksa untuk dilakukannya pembiayaan APBN. Menurut Sri Mulyani, hal tersebut merupakan strategi yang sangat pas dan sesuai.

"Dengan demikian, APBN mendapatkan reputasi dan kredibilitas yang baik, terutama kalau kita lihat baik para investor ritel maupun besar institusionalnya mereka semuanya memiliki kepercayaan, rating agency juga memberikan konfirmasi. Jadi ini adalah salah satu tren perbaikan dan penguatan APBN yang harus terus kita jaga," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper