Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Ekspor Bahan Baku Baja Menggiurkan, Tapi Pasokan Domestik Seret

Meski harga baja dunia terus terkerek, tetapi industri hilir baja dalam negeri justru tertekan pasokan bahan baku karena karena banyaknya aliran ekspor ke Eropa.
Roll forming adalah proses pengrolan dingin dengan tujuan pembentukan suatu profil baja (lapis paduan zinc atau zinc & aluminium atau zinc, aluminium, dan magnesium) menjadi produk akhir seperti atap gelombang, genteng metal, rangka atap, rangka plafon dan dinding. /ARFI
Roll forming adalah proses pengrolan dingin dengan tujuan pembentukan suatu profil baja (lapis paduan zinc atau zinc & aluminium atau zinc, aluminium, dan magnesium) menjadi produk akhir seperti atap gelombang, genteng metal, rangka atap, rangka plafon dan dinding. /ARFI

Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah perang yang terus berkecamuk di Ukraina, pasokan baja ke Eropa surut sehingga mengerek harga di Benua Biru itu. Hal itu disinyalir menyebabkan industri hilir baja dalam negeri tertekan pasokan bahan baku karena karena banyaknya aliran ekspor ke Eropa.

Selain dampak perang, rantai pasok baja saat ini juga terpukul lockdown yang meluas di China. Insitut Besi dan Baja Asia Tenggara (SEAISI) mencatat pabrik regional di Indonesia dan Vietnam telah mengekspor ke pasar dengan harga yang lebih baik. SEAISI melaporkan sebuah pabrik di Indonesia menjual slab seharga US$1.050 per ton ke Italia pada 11 Maret 2022.

"Tujuan [ekspor] mereka adalah Eropa dimana mereka bisa mendapatkan lebih dari US$1.000 per ton," kata seorang trader di Jakarta dalam laporan SEAISI, dikutip Sabtu (16/4/2022).

Adapun, sebuah pabrik Vietnam telah menjual 30.000 ton slab seharga US$1.010 per ton ke Eropa pada minggu ketiga Maret 2022.

Seretnya pasokan bahan baku bagi industri baja dalam negeri diakui PT Tata Metal Lestari. Wakil Presiden Direktur Tata Metal Stephanus Koeswandi saat berbincang dengan Bisnis menyatakan pihaknya saat ini tertekan dari dua sisi, pasokan bahan baku dari industri antara dan aliran impor barang jadi dengan standar rendah dan harga murah.

"Posisi produsen BjLAS [Baja Lapis Aluminium Seng] di dalam negeri ini terjepit. Di atas bahan baku susah, dan konsumen kami bisa mendapatkan material yang lebih murah karena tidak masuk standar," kata Stephanus, belum lama ini.

Stephanus mengatakan kuantitas pasokan yang berkurang dari hulu berimbas ke pelaku industri antara dan hilir. Waktu tunggu pemenuhan pesanan saat ini membutuhkan dua hingga tiga bulan, dari semula hanya satu bulan. Pada Ramadan dan jelang Lebaran ini, Stephanus mengatakan tengah menggenjot stok bahan baku untuk mengamankan kebutuhan produksi bulan-bulan mendatang.

Pasar Ekspor Bahan Baku Baja Menggiurkan, Tapi Pasokan Domestik Seret

Pagar pengaman atau guard rail, salah satu produk penghiliran baja dari PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS).


"Supplier kami, Krakatau Steel tidak mendapatkan bahan baku slab yang secara kuantitas cukup, ditambah harganya meningkat, bahkan sudah lebih tinggi dari tahun lalu. Jadi terganggu, pasti terganggu," jelasnya.

Bahan baku impor memang hanya menyumbang 15 persen dari total kebutuhan Tata Metal. Sebanyak 85 persennya dipenuhi dari pemasok dalam negeri seperti PT Krakatau Posco dan PT Dexin Steel Indonesia.

Sementara itu, pasokan bahan baku dari China sudah sangat terbatas. Pasalnya, China juga lebih banyak mengalokasikan ekspor bahan bakunya ke Eropa karena harga yang lebih tinggi.

"Beberapa pabrikan misalkan Krakatau Posco dan Dexin, punya peluang yang lebih baik di Eropa karena Eropa membutuhkan slab ini. Akhirnya material ini jadi pergi ke luar negeri," kata Stephanus.

Pelaku industri baja hilir lainnya, PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk. (ISSP) atau Spindo melakukan diversifikasi pemasok bahan baku di tengah gejolak geopolitik dunia dan lonjakan harga.

Chief Strategy Officer Spindo Johanes Edward mengatakan perseroan memang mengimpor sebagian bahan bakunya dari China. Namun, dipastikan saat ini pasokan dalam kondisi aman karena tak hanya mengandalkan China

"Pemasok kami bukan hanya dari China, tetapi juga dari Korea, Jepang dan tentunya lokal," kata Johanes.

Sepanjang tahun lalu, Spindo melakukan pembelian bahan baku sebesar 346.064 ton, dimana 43,6 persen diantaranya atau sebesar 149.418 ton didatangkan dari impor. Adapun, 56,4 persen atau 196.646 disuplai oleh produsen dalam negeri.

Selain risiko kemacetan rantai pasok, industri baja juga menghadapi kenaikan harga yang tinggi akibat konflik Rusia-Ukraina. Namun, Johanes mengaku dampaknya ke perseroan masih dapat diantisipasi sampai saat ini.

Industri Domestik Mampu Penuhi

Di sisi lain, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) mengeklaim pasokan bahan baku untuk industri baja dalam negeri masih mencukupi, di tengah risiko kemacetan suplai akibat lockdown meluas di China dan konflik Rusia-Ukraina yang berkepanjangan.

Direktur Komersial Krakatau Steel Melati Sarnita mengatakan pihaknya tidak mengimpor bahan baku berupa produk flat dari China. Bahan baku produk flat yakni slab baja sebagian besar disuplai oleh produsen lokal, PT Krakatau Posco dan PT Dexin Steel Indonesia.

"Aman-aman saja. Local players bisa suplai kok, 60 persen slab kami dipasok domestik dari Krakatau Posco and Dexin Morowali," kata Melati.

Sisa kebutuhan bahan baku sebesar 40 persen memang didatangkan dari impor. Sayangnya, Melati enggan mengungkap darimana saja sumber importasi bahan baku tersebut.

Melati yang juga menjabat Ketua Cluster Flat Product Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) mengatakan komposisi pasokan bahan baku baja di dalam negeri kurang lebih juga berada pada angka tersebut.

"Kalau baja nasional menurut saya sama, untuk flat product. Biasanya portion-nya 30 persen sampai 40 persen saja [untuk impor]," lanjutnya.

Bagaimanapun, di tengah pemulihan ekonomi di dalam negeri serta gencarnya pembangunan infrastruktur pemerintah, pasokan bahan baku baja untuk industri dalam negeri perlu menjadi perhatian. Meningkatnya peluang ekspor di tengah gejolak geopolitik memang menggiurkan, tetapi apa artinya jika rantai pasok di dalam negeri sendiri menjadi terabaikan?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper