Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aset Global Terpukul Rencana Kenaikan The Fed

Dengan langkah The Fed menuju pengetatan paling agresif sejak 1994, peringatan resesi semakin keras.
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum

Bisnis.com, JAKARTA - Sudah sepekan lebih hampir seluruh pasar saham dan uang hingga minyak global menunjukkan kemunduran seiring dengan gema kenaikan suku bunga Federal Reserve yang semakin kencang.

Beberapa produsen seperti perusahaan chip dan pengapalan, bisnis yang berkaitan erat dengan perekonomian terperosok di antara daftar S&P 500. Saham produsen sabun dan farmasi merajai indeks ini sudah lebih dari sepekan sepanjang April.

Secara keseluruhan, indeks yang paling banyak menjadi acuan di dunia ini turun 2,6 persen pada bulan ini, termasuk penurunan 1,7 persen pada Senin. Hal ini menunjukkan hari yang baik pada Maret sudah berakhir.

Pengetatan kebijakan The Fed untuk menghadapi inflasi terburuk sepanjang empat dekade menjadi penyebab utama kemunduran ini.

Dengan dukungan moneter sudah memudar dan risiko resesi yang meningkat, investor semakin ciut. Meskipun demikian, perusahaan yang tahan terhadap perlambatan ekonomi seperti layanan kesehatan kembali terangkat.

Penasihat ekonomi senior Empower, sebuah perusahaan layanan pensiun, Robert DeLucia mengatakan hal ini menunjukkan ketakutan akan resesi yang berbeda dari teori biasanya setelah kenaikan suku bunga.

"Kami melihat penyerbuan ke saham-saham defensif dan keengganan terhadap saham-saham yang sensitif secara ekonomi," ujarnya dilansir Bloomberg pada Selasa (12/4/2022).

Pengurangan balance sheet bank sentral AS dalam waktu dekat terdengar pertama kali dari Gubernur The Fed Lael Brainard pada Selasa lalu yang diperkuat dalam risalah rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Maret pada hari berikutnya.

"Brainard meledakkan argumen bahwa Fed tidak mau menerima risiko memperlambat inflasi dengan cepat, dan pasar bereaksi dengan tepat," ujar pendiri 22V Research Dennis DeBusschere.

Dengan langkah The Fed menuju pengetatan paling agresif sejak 1994, peringatan resesi semakin keras.

Pengurangan balance sheet bank sentral AS dalam waktu dekat terdengar pertama kali dari Gubernur The Fed Lael Brainard pada Selasa lalu yang diperkuat dalam risalah rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Maret pada hari berikutnya.

"Brainard meledakkan argumen bahwa Fed tidak mau menerima risiko memperlambat inflasi dengan cepat, dan pasar bereaksi dengan tepat," ujar pendiri 22V Research Dennis DeBusschere.

Dalam sebuah laporan awal bulan ini, ahli strategi Deutsche Bank AG Binky Chadha dan Parag Thatte mengatakan mereka mengantisipasi penurunan S&P 500 hingga 20 persen pada akhir 2023, bertepatan dengan penghematan ekonomi.

Pada saat yang sama, pasar tenaga kerja meledak, pembiayaan konsumen tampak sehat dan rencana perusahaan untuk belanja modal tetap kuat.

Untuk itu, penyerbuan ke saham yang relatif aman apakah mencerminkan kekhawatiran pertumbuhan atau valuasi masih dalam perdebatan.

Namun yang pasti adalah fakta bahwa sikap hawkish The Fed masih bakal mengejutkan pasar.

Surat utang AS sell off dengan imbal hasil 10 tahun naik hingga 2,75 persen dan tingkat imbal hasil yang disesuaikan dengan inflasi juga semakin tinggi.

Indeks dari Bloomberg melacak obligasi pemerintah turun hampir 2 persen pada bulan April, menjadi penurunan bulanan kelima berturut-turut, terpanjang sejak 2016.

Sejumlah indeks obligasi dengan peringkat investasi dan kredit imbal hasil tinggi juga turun. Jika saham, obligasi dan minyak ditutup menukik pada akhir April, maka itu akan menjadi yang pertama kalinya sejak 2018 di mana aset terbesar mengalami kerugian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper