Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ADB Prediksi Perekonomian Indonesia Tumbuh 5,0 Persen di 2022

Asian Development Bank (ADB) memperkirakan perekonomian Indonesia tumbuh 5,0 persen pada 2022 dan 5,2 persen pada 2023, seiring pulihnya permintaan domestik.
Logo Asian Development Bank Indonesia di Jakarta, Rabu (8/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Logo Asian Development Bank Indonesia di Jakarta, Rabu (8/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Asian Development Bank (ADB) memperkirakan perekonomian Indonesia tumbuh 5,0 persen pada 2022 dan 5,2 persen pada 2023, seiring pulihnya permintaan domestik.

Direktur ADB untuk Indonesia Jiro Tominaga melaporkan, perekonomian Indonesia yang sempat merosot di kuartal ketiga kini membaik dengan cepat dan menutup 2021 dengan keluaran yang lebih tinggi daripada masa pra pandemi di 2019.

"Pengeluaran rumah tangga dan investasi memasuki 2022 dengan momentum yang kuat dan gelombang ketiga Covid-19 semestinya hanya berdampak minimal terhadap pertumbuhan," kata Jiro Tominaga dalam ADB Press Briefing: Asian Development Outlook 2022 - Indonesia, Rabu (6/4/2022).

Kendati demikian, jika perang antara Rusia dan Ukraina berlarut-larut, hal tersebut kata Jiro dapat berdampak signifikan terhadap inflasi dan keseimbangan fiskal.

Sementara itu, menurut laporan Asian Development Outlook (ADO) 2022, pengeluaran konsumen dan kegiatan manufaktur di Indonesia terus tumbuh, lantaran naiknya pendapatan, pekerjaan dan optimisme.

Dalam laporannya, disebutkan bahwa investasi terbantu oleh naiknya permintaan, perbaikan iklim investasi dan iklim berusaha serta pemulihan kredit.

Kemudian, untuk inflasi diperkirakan akan naik menjadi 3,6 persen di 2022, yang mana mencapai rata-rata 1,6 persen tahun lalu.

Ekonom Senior ADB untuk Indonesia Henry Ma  mengatakan, kenaikan tersebut terjadi karena pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan harga komoditas yang lebih tinggi. Kendati demikian, inflasi masih akan berada dalam rentang target Bank Indonesia (BI).

"Inflasi  diperkirakan akan turun ke 3,0 persen pada 2023 seiring meredanya harga komoditas. Namun, harga yang lebih tinggi untuk ekspor komoditas Indonesia akan mengimbangi turunnya volume ekspor, sehingga menjaga transaksi berjalan tetap imbang dan menghasilkan tambahan pendapatan," kata Henry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper