Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Risiko Inflasi Pengaruhi Investasi Manufaktur, Begini Kata Kemenperin

Berdasarkan catatan Kementerian Investasi/Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) Investasi di industri manufaktur sepanjang 2021 menembus Rp325,4 triliun, tumbuh 16,25 persen dibandingkan capaian 2020 sebesar 272,9 triliun.
Pekerja menyelesaikan pembuatan perangkat alat elektronik rumah tangga di PT Selaras Citra Nusantara Perkasa (SCNP), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020). Bisnis/Abdullah Azzam
Pekerja menyelesaikan pembuatan perangkat alat elektronik rumah tangga di PT Selaras Citra Nusantara Perkasa (SCNP), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian mencatat rencana investasi manufaktur untuk sepanjang tahun ini masih sesuai rencana.

Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri mengatakan belum ada dampak dari inflasi dan kenaikan harga bahan baku terhadap rencana investasi. Sementara itu, kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 11 persen pada bulan ini dinilai juga belum menggoyahkan minat investasi di industri dalam negeri.

"Belum ada investor yang menyampaikan ke kami bahwa investasi mereka berhenti. Sejauh ini kontak kami dengan investor yang berinvestasi di manufaktur masih oke saja," kata Febri saat dihubungi Bisnis, Senin (4/4/2022).

Beberapa sektor yang dinilai masih memiliki keunggulan kompetitif untuk masuknya investasi yakni tekstil dan logam.

Berdasarkan catatan Kementerian Investasi/Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) Investasi di industri manufaktur sepanjang 2021 menembus Rp325,4 triliun, tumbuh 16,25 persen dibandingkan capaian 2020 sebesar 272,9 triliun.

Capaian tersebut terdiri atas penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp94,7 triliun dan penanaman modal asing (PMA) sebesar US$15,8 miliar. Adapun pada tahun ini, total investasi diproyeksikan berada di kisaran Rp300 triliun hingga Rp310 triliun.

Febri mengatakan, permintaan pasar domestik dan ekspor juga masih mendukung perluasan investasi sepanjang tahun ini.

Sementara itu terkait kendala pasokan dan kenaikan harga bahan baku akibat konflik Rusia-Ukraina, Febri mengatakan pemerintah tengah berupaya mencari alternatif sumber pemasok. Pemasok bahan baku dari dalam negeri diprioritaskan, selagi melirik peluang pasokan dari negara lain, salah satunya melalui keringanan impor.

"Yang kami lihat itu soal lama waktu perang Ukraina dan Rusia. Kami sedang mengupayakan ada alternatif pasokan bahan baku lain di luar negeri, dari negara-negara tertentu atau kami memberikan privilege berupa keringanan impor untuk bahan baku," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper