Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banjir Impor China, Inaplas Ajukan Safeguard Jilid Dua Untuk Terpal Plastik

Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) Kementerian Perdagangan sempat menerapkan initial safeguard atas produk terpal plastik selama 2012 hingga 2016. Setelah itu, Inaplas tidak mengajukan perpanjangan safeguard atas produk itu hingga saat ini.
Ilustrasi Pabrik Plastik/Bisnis
Ilustrasi Pabrik Plastik/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Industri Aromatik, Olefin dan Plastik (Inaplas) tengah mengajukan permohonan perpanjangan tindakan pengamanan atau safeguard atas produk terpal plastik seiring dengan pelandaian pandemi Covid-19 pada awal tahun ini.

Sekretaris Jenderal Inaplas Fajar Budiono mengatakan asosiasinya tengah melengkapi bukti adanya kerugian industri dalam negeri setelah initial safeguard berakhir pada 2016 lalu.

Fajar mengatakan permohonan perpanjangan safeguard itu dilakukan untuk menjaga momentum pemulihan di industri pengolahan plastik dalam negeri di tengah meningkatnya permintaan atas terpal plastik pada awal tahun ini.

“Kami antisipasi, sekarang kondisi sudah mulai bagus UMKM sudah mulai buka pasarnya akan naik jangan sampai pasar yang naik tidak bisa dipasok industri dalam negeri yang sudah tiga tahun ini terus kalah dengan produk-produk impor,” kata Fajar melalui sambungan telepon, Minggu (27/3/2022).

Adapun, Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) Kementerian Perdagangan sempat menerapkan initial safeguard atas produk terpal plastik selama 2012 hingga 2016. Setelah itu, Inaplas tidak mengajukan perpanjangan safeguard atas produk itu hingga saat ini. Hanya saja, Fajar menuturkan, asosiasinya mulai mengidentifikasi banjir impor terpal plastik itu kembali pada awal 2018.

"Initial safeguard berakhir 2016 dari 2017 sampai 2018 kita masih bisa bersaing tetapi 2018 awal sampai 2019 itu banyak barang-barang impor masuk kita kalah, sekarang kita mau ajukan safeguard lagi," kata dia.

Setelah tindakan pengamanan berakhir, Inaplas mengidentifikasi adanya lonjakan impor produk jadi plastik dari China dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara selama lima tahun terakhir. Pada 2019 misalnya, impor terpal plastik sempat mencapai 15.600 ton untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri di angka 30.000 ton saat itu.

“Jangan sampai produk jadi plastik banjir impor karena produk jadi itu ada 115 HS di mana importir lumayan besar di situ volumenya bisa sampai 800.000 hingga 1 juta ton per tahun dan nilainya US$2,25 miliar dan cenderung naik impor barang jadi plastik itu salah satunya terpal plastik,” kata dia.

Di sisi lain, dia mengatakan, permohonan perpanjangan safeguard itu juga berasal dari kekhawatiran pelaku usaha ketika biaya pokok produksi pada tahun ini meningkat drastis akibat kenaikan harga energi, pajak hingga tenaga kerja.

“Ongkos energi, listrik, gas mereka (impor) relatif murah sehingga ongkos produksi kita kalah jadi diharapkan dengan safeguard tahun ini bisa menjaga momentum pemulihan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper