Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI: Kewajiban Neto dari Posisi Investasi Indonesia Kuartal IV/2021 Naik

Bank Indonesia menyatakan kewajiban neto dari posisi investasi Indonesia atau PII kuartal IV/2021 mencapai US$278,6 miliar.
Kantor Bank Indonesia/Reuters-Supri
Kantor Bank Indonesia/Reuters-Supri

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia mencatat kewajiban neto dari posisi investasi Indonesia atau PII kuartal IV/2021 mengalami peningkatan. Penyebabnya, terdapat peningkatan posisi kewajiban luar negeri.

Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono menjelaskan bahwa pada akhir kuartal IV/2021, PII Indonesia mencatatkan kewajiban neto US$278,6 miliar. Jumlahnya setara dengan 23,5 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Junlah tersebut meningkat dari kewajiban neto pada akhir kuartal III/2021 senilai US$277,3 miliar atau 24,2 persen dari PDB.

Menurut Erwin, naiknya kewajiban neto berasal dari peningkatan posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) dan penurunan posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN). Kenaikan KFLN sejalan dengan aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi langsung.

Posisi KFLN Indonesia pada kuartal IV/2021 tercatat senilai US$709,6 miliar. Jumlah itu naik 0,1 persen (quarter-to-quarter/qtq) dari US$709,2 miliar pada kuartal III/2021.

"Peningkatan kewajiban tersebut antara lain disebabkan oleh aliran masuk investasi langsung dalam bentuk ekuitas sejalan dengan optimisme investor terhadap prospek pemulihan ekonomi domestik. Peningkatan KFLN juga dikontribusikan oleh faktor revaluasi positif atas nilai instrumen keuangan domestik," ujar Erwin, Jumat (25/3/2022).

Posisi AFLN Indonesia tercatat sedikit menurun sejalan dengan kebutuhan pembiayaan. Pada akhir kuartal IV 2021 posisi AFLN senilai US$431,0 miliar, atau turun 0,2 persen qtq dari US$431,9 miliar.

Menurur Erwin, penurunan aset investasi lainnya bersumber dari penarikan simpanan sektor swasta domestik pada bank di luar negeri. Hal tersebut sejalan dengan kebutuhan pembiayaan aktivitas perekonomian dan penurunan cadangan devisa, antara lain disebabkan oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

"Penurunan posisi AFLN lebih lanjut tertahan oleh revaluasi positif akibat peningkatan rerata indeks saham dan harga aset lainnya pada negara penempatan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper