Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF: Perang di Ukraina Bakal Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global

Managing Director IMF Kristalina Georgieva mengatakan bahwa ekonomi dunia tetap akan tumbuh pada tahun ini meski di bawah 4,4 persen, seperti diprediksi sebelumnya.
Kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington D.C., AS/ Bloomberg - Andrew Harrer
Kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington D.C., AS/ Bloomberg - Andrew Harrer

Bisnis.com, JAKARTA - International Monetary Fund (IMF) siap memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2022, setelah pecahnya perang di Ukraina.

Managing Director IMF Kristalina Georgieva mengatakan dalam sebuah wawancara dengan majalah Foreign Policy bahwa ekonomi dunia tetap akan tumbuh pada tahun ini meski di bawah 4,4 persen, seperti diprediksi sebelumnya.

IMF akan segera mengumumkan proyeksi terbarunya pada April setelah pertemuan musim semi tahunannya.

"Sejumlah ekonomi yang sudah pulih cepat dari Covid berada pada posisi yang lebih kuat," kata Georgiva seperti dikutip Bloomberg pada Senin (22/3/2022).

Amerika Serikat khususnya memiliki fundamental yang kuat. Namun, negara-negara yang belum bangkit dari krisis pandemi akan semakin terpuruk dengan kemungkinan risiko resesi.

Kondisi finansial yang semakian ketat seiring dengan kenaikan suku bunga dari Federal Reserve dan bank sentral lainnya di negara berkembang akan menjadi kejutan besar bagi negara lainnya.

Sekitar 60 persen negara berpendapatan rendah berada dalam tekanan utang atau mendekati kondisi tersebut, lebih mengkhawatirkan dibandingkan dengan pada 2015 silam.

Dalam kesempatan yang sama, First Deputy Managing Director IMF Gita Gopinath mengatakan IMF melihat adanya peningkatan fragmentasi dalam sistem pembayaran global sebagai salah satu konsekuensi dari perang.

Dolar AS sebagai mata uang dominan dalam sistem keuangan global tidak akan terganggu dalam waktu dekat. Namun, hal yang sama tidak terjadi pada mata uang lainnya.

“Kami cenderung melihat beberapa negara mempertimbangkan kembali seberapa banyak mereka memegang mata uang tertentu dalam cadangan mereka,” ujar Gopinath.

Padahal, lanjutnya, sudah jelas bahwa cara perdagangan energi telah berubah selamanya.

Kendati demikian, Gopinath menyebutkan bahwa dampak gagal bayar Rusia akan terbatas dan tidak akan menjadi risiko sistemi terhadap ekonomi global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper