Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Rusia-Ukraina, Indonesia Dapat Limpahan Order Kayu dari Eropa

Sejumlah duta besar Indonesia di negara-negara Uni Eropa telah menyampaikan permintaan pasokan dari Indonesia. Sayangnya, pengapalan ke Eropa masih terkendala biaya kontainer yang tinggi yang dibarengi terbatasnya ketersediaan kapal induk.
Panel kayu dan kayu olahan/Ilustrasi-kemenperin.go.id
Panel kayu dan kayu olahan/Ilustrasi-kemenperin.go.id

Bisnis.com, JAKARTA - Sebagai dampak penyetopan ekspor produk kayu Rusia ke Uni Eropa, Indonesia mendapat limpahan pesanan dari Benua Biru. Penyetopan pengapalan ke Eropa menyusul invasi Rusia ke Ukraina.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Indroyono Soesilo mengatakan sejumlah duta besar Indonesia di negara-negara Uni Eropa telah menyampaikan permintaan pasokan dari Indonesia. Sayangnya, pengapalan ke Eropa masih terkendala biaya kontainer yang tinggi yang dibarengi terbatasnya ketersediaan kapal induk.

"Mereka [Eropa] minta untuk bisa disuplai dari Indonesia, tetapi satu kendala, [biaya] kontainernya tiga kali lipat, jadi jatuhnya kayu kita mahal," kata Indroyono kepada Bisnis, Rabu (16/3/2022).

Mengenai kelangkaan kontainer, memang sudah ada upaya dari pemerintah untuk menambah ketersediaan, tetapi belum bisa sepenuhnya menutupi lonjakan permintaan yang tinggi.

Adapun, mengenai ekspansi ke pasar baru, sejak 2020, APHI bekerja sama dengan Keduataan Besar Indonesia di luar negeri, mulai menjajaki Eropa, Jepang, Jerman, dan Inggris.

Sementara itu, kinerja produksi kayu selama dua bulan pertama 2022 mencatatkan pertumbuhan yang positif. Volume produksi kayu hutan tanaman meningkat 5,9 persen menjadi 7,06 juta m3 sampai dengan Februari 2022. Adapun, produksi kayu hutan alam melesat 22,3 persen menjadi 486.434 m3. Sedangkan produksi kayu Perhutani juga naik 6,6 persen menjadi 155.084 m3.

Di sektor hilir, nilai ekspor 9 jenis produk kayu meningkat 23,1 persen menjadi US$2,40 miliar. Tahun lalu nilai ekspor industri hilir kehutanan mencapai US$14,48 miliar dengan pertumbuhan 30,7 persen. Indroyono mengatakan capaian tahun lalu merupakan yang tertinggi sepanjang masa didorong permintaan akan produk kayu yang melesat akibat tren bekerja dari rumah.

"Peluangnya masih besar karena di Eropa sekarang banyak work from home, banyak renovasi rumah dan kamar, butuh kayu terutama plywood," ujar Indroyono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper