Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Upah Pekerja AS Diprediksi Naik, Sinyal Buruk untuk Inflasi

Tingkat pengangguran pada Februari mencapai 3,8 persen, jauh di bawah perkiraannya terhadap lapangan kerja penuh. Hal itu menjadi salah satu alasan untuk menaikkan upah sehingga dapat meningkatkan tekanan inflasi.
Suasana salah satu pusat perbelanjaan di Kota New York, AS/Bloomberg
Suasana salah satu pusat perbelanjaan di Kota New York, AS/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Kenaikan upah pekerja Amerika Serikat berpotensi naik pada saat Federal Reserve (The Fed) bersiap menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2018 guna menghadapi inflasi.

Mantan Deputi Direktur The Fed di Washington John Roberts mengatakan tingkat pengangguran pada Februari mencapai 3,8 persen, jauh di bawah perkiraannya terhadap lapangan kerja penuh.

Hal itu menjadi salah satu alasan untuk menaikkan upah sehingga dapat meningkatkan tekanan inflasi.

"Intinya adalah bahwa pengetatan ekstra dari pembukaan lapangan kerja yang tinggi bisa setara dengan 1,25 persen pada tingkat pengangguran," tulis Roberts, seperti dikutip Bloomberg pada Selasa (15/3/2022).

Perbedaan substansial itu dapat membantu menjelaskan tingginya upah dan inflasi harga dalam beberapa bulan terakhir.

Pejabat The Fed memperkirakan tingkat pengangguran yang dapat menjaga pasokan dan permintaan bursa kerja berkisar 4 persen.

Namun, Roberts memperkirakan tingkat pengangguran harus dijaga lebih dari 5,25 persen, lebih tinggi hampir 1,5 persen dari tingkat pengangguran AS sebesar 3,8 persen pada Februari.

Untuk itu, menurut Roberts, The Fed perlu memperlambat perekrutan atau mengurangi lapangan kerja untuk mengembalikan keseimbangan penawaran dan permintaan tenaga kerja.

Selain itu, dia menilai perekonomian harus menciptakan lebih banyak pasokan tenaga kerja dalam waktu dekat.

Sebelumnya, gubernur bank sentral AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 0,25 persen pada pekan ini untuk menghadapi inflasi tertinggi dalam empat dekade. AS mencatat harga konsumen naik 7,9 persen per Februari.

Petinggi The Fed juga tampaknya telah salah menilai kekuatan pasar tenaga kerja. Pelaku usaha menambah 1,2 juta pekerjaan hanya dalam dua bulan pertama tahun ini.

Pembukaan pekerjaan mencapai 11,2 juta Januari, berbeda tipis dengan rekor tertinggi 11,4 juta pada bulan sebelumnya.

"Anda memiliki lebih dari 1,7 lowongan pekerjaan pada per pengangguran, itu adalah pasar tenaga kerja yang terlalu panas,” kata Powell kepada Senator Tina Smith pada dengar pendapat pada 3 Maret.

Pada saat yang sama, katanya, tingkat orang yang berhenti kerja berada pada titik tertinggi sepanjang masa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper