Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Perang Rusia Ukraina, Italia Aktifkan Pembangkit Batu Bara

Italia bergantung pada pasokan gas dari Rusia. Adapun 45 persen gas diimpor dari Rusia, meningkat sekitar 27 persen dalam 10 tahun terakhir.
Anggota Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina berpartisipasi dalam latihan di bekas pabrik aspal di pinggiran Kyiv, Ukraina, Sabtu (19/2/2022)./Bloomberg-Ethan Swope
Anggota Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina berpartisipasi dalam latihan di bekas pabrik aspal di pinggiran Kyiv, Ukraina, Sabtu (19/2/2022)./Bloomberg-Ethan Swope

Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Italia Mario Draghi berencana mengaktifkan kembali pembangkit batu bara seiring dengan kenaikan harga gas alam di Eropa.

Draghi mengatakan bahwa kebijakan ini akan diambil pemerintah setelah harga gas semakin tidak dapat dibendung. Ditambah lagi perang antara Rusia dan Ukraina semakin memperkuat potensi ketidakpastian pasokan gas alam.

“Pembangkit listrik tenaga batu bara mungkin perlu dibuka kembali untuk mengisi defisit dalam jangka pendek,” katanya dilansir The Saxon, media berbasis di Inggris, Sabtu (26/2/2022).

Untuk diketahui, Italia bergantung pada pasokan gas sebagai bahan baku energi di negara tersebut. Sekitar 45 persen gas diimpor dari Rusia, meningkat sekitar 27 persen dalam 10 tahun terakhir.

Sebab itu, konflik antara Rusia dan Ukraina membuat negara tersebut meningkatkan pasokan energi alternatif. Langkah ini diambil Italia untuk menghindari tingginya tagihan untuk pembelian gas.

Sebelumnya, 27 negara termasuk Amerika Serikat dan Inggris telah setuju untuk mendukung Ukraina dengan senjata dan pasukan lainnya seiring dengan invasi Rusia ke negara tersebut.

Sky News melaporkan bahwa bantuan tersebut termasuk senjata, pasokan medis dan bantuan militer lainnya untuk memerangi invasi Rusia.

Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace menyelenggarakan konferensi donor bantuan militer pada Jumat malam waktu setempat. Pertemuan puluhan negara tersebut diadakan secara virtual.

Hasil pertemuan itu, 25 negara menyatakan siap membantu dan setuju untuk berkontribusi. Selain itu dua negara lainnya yang tidak dapat mengikuti konferensi secara terpisah menyatakan akan memberikan dukungan.

“Bantuan tersebut meliputi amunisi, senjata anti-tank, senjata anti-udara dan bantuan seperti persediaan medis,” tulis Sky News, Sabtu (26/2/2022).

Adapun negara yang telah menyatakan dukungannya berasal dari anggota NATO maupun non NATO. Namun tidak dijelaskan senjata apa saja yang dikirim. Namun demikian, media itu menyebut bahwa Belanda ikut mengirim 200 rudal Stinger.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper