Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Yellen Dorong G20 Cari Sumber Investasi untuk Penguatan Sistem Kesehatan Negara Berkembang

Yellen mendorong G20 perlu mempertimbangkan sumber daya untuk memperkuat sistem kesehatan di negara berkembang dengan investasi yang imbal hasil dan tingkat pengembaliannya tinggi, bukan sekedar membelanjakan.
Layar menampilkan Presiden Joko Widodo memberikan pidato saat pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atau Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (FMCBG) di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (17/2/2022). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/POOL
Layar menampilkan Presiden Joko Widodo memberikan pidato saat pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atau Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (FMCBG) di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (17/2/2022). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/POOL

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan negara G20 menyerukan pentingnya persiapan untuk menghadapi krisis ke depan, seperti bencana kesehatan dengan mementingkan negara miskin.

Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen, Menteri Keuangan India Nirmala Sitharaman, Presiden World Bank David Malpass, dan Menteri Senior Tharman Shanmugaratnam bergabung dalam Finance Minister and Central Bank Governor Meeting sebagai rangkaian pertemuan tingkat tinggi G20 pada Kamis (17/2/2022) sore waktu Jakarta.

Menteri Keuangan AS Yellen menyatakan bahwa semua negara telah gagal dalam mengatasi kesenjangan dalam mempersiapkan pandemi Covid-19.

"Sistem yang ada saat ini belum memberikan pendanaan yang diperlukan untuk mengatasi kesenjangan kapasitas negara, seperti untuk penyakit, pengawasan, dan tenaga kerja," ungkapnya.

Dia mengatakan G20 perlu mempertimbangkan sumber daya untuk memperkuat sistem kesehatan di negara berkembang dengan investasi yang imbal hasil dan tingkat pengembaliannya tinggi, bukan sekedar membelanjakan.

Negara berpendapatan menengah juga perlu meningkatkan anggaran sistem kesehatan untuk membangun ketahanan, mengingat ada efek samping atau externality yang dirasakan negara berkembang.

Lebih lanjut, Menteri Sitharaman mengungkapkan pentingnya menaruh perhatian utama kepada negara dan kelompok masyarakat miskin yang tidak berdaya dalam mengatasi krisis pandemi saat ini.

Negara dengan populasi terbesar kedua ini telah mengalokasikan US$29 miliar untuk misi infrastruktur kesehatan guna menjamin asuransi kesehatan masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah.

International Monetary Fund (IMF) telah menyusun alokasi baru untuk Special Drawing Rights (SDR) pada tahun lalu senilai US$943 miliar. Dana ini dapat digunakan untuk negara miskin dalam memulihkan investasi sistem kesehatannya.

"[Namun], aspek kesiapsiagaan dari apa yang kita alami sekarang menimbulkan keprihatinan serius," katanya.

Menurutnya, harus ada sumber daya bersama antara publik dan swasta untuk membantu negara miskin memenuhi kebutuhan sistem kesehatan yang baik dari hal paling dasar seperti jarum suntik hingga alat pelindung diri (APD).

Presiden World Bank David Malpass menambahkan pentingnya struktur pendanaan yang fleksibel untuk mendukung persiapan krisis.

"Kita perlu terus berinovasi. Kendaraan pembiayaan tersedia untuk kesiapsiagaan pandemi. Ini didasarkan pada adopsi pemerintah, kebijakan dan langkah kelembagaan untuk mengutamakan kesiapsiagaan mereka," ujarnya.

Dia juga menyerukan kepada Menteri Keuangan Yellen dan mitranya di AS untuk mendukung inisiatif ini.

Pada 2022, pemberi pinjaman kepada negara miskin International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) di bawah Bank Dunia telah menerbitkan surat utang pembangunan 20 tahun berdominasi euro senilai 2 miliar euro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper