Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waskita Karya Ogah Jadi Pemegang Saham Mayoritas di Proyek Jalan Tol, Ada Apa?

PT Waskita Karya Tbk. masih fokus melakukan transformasi bisnis untuk memperbaiki kinerja keuangan perseroan yang tidak dalam keadaan baik saat ini.
/Waskita Karya
/Waskita Karya

Bisnis.com, JAKARTA – Kondisi keuangan yang tak baik membuat PT Waskita Karya Tbk. enggan menjadi pemegang saham mayoritas dalam proyek pembangungan infrastruktur jalan tol ke depan.

Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono mengatakan perseroan tengah menjalani transformasi bisnis. Hal itu guna memperbaiki kinerja keuangan perseroan yang tidak dalam keadaan baik saat ini.

Menurut dia, transformasi bisnis dilakukan dengan mengubah skema investasi pada ruas jalan tol yang sebelumnya emiten berkode saham WSKT itu menjadi pemegang saham mayoritas, maka setelah transformasi tersebut dilakukan perseroan memilih untuk menjadi minoritas.

"Kami akan ikut investasi tapi dalam skala minoritas sehingga tidak menjadi beban besar untuk Waskita dan Waskita akan kembali menjadi perusahaan jasa konstruksi jadi intinya di ruas tol ini memang sebetulnya konstruksinya yang besar tapi kondisi keuangan yang besar tidak diperhitungkan sebelumnya, ke depan dengan transformasi bisnis terutama proyek eksternal khususnya proyek APBN di mana kontrak konvensional ada uang muka dan bayarannya itu bulanan ini akan membantu cashflow," ungkapnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, Senin (14/2/2022).

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Waskita Karya Taufik Hendra Kusuma mengatakan bahwa saat ini kondisi kinerja keuangan perseroan telah mulai membaik seiring dengan dikucurkannya penyertaan modal negara (PMN) dan adanya aksi korporasi yang dilakukan pada tahun lalu.

Dia mengungkapkan dari sisi neraca keuangan perseroan, dengan adanya suntikan modal tersebut ekuitas WSKT telah membaik menjadi Rp20,13 triliun. Dari sisi current ratio telah membaik dari yang sebelumnya di bawah 1 saat ini sudah menjadi 1,75 yang disebabkan kas yang diperoleh cukup signifikan.

Sementara itu, debt to equity ratio (DER) juga meningkat menjadi 3,4 persen dan dinilai cukup aman bagi perseroan untuk sementara waktu.

"Kas aktivitas operasi ini memang masih negatif sesuai dengan proyeksi yang dibuat tetapi nanti perlahan-lahan ini untuk 2022 kemudian juga nanti 2023 dan seterusnya diimbangi dengan proses divestasi yang mudah-mudahan on track sejauh ini masih kontrak ini kita akan memulai menjadi positif," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper