Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Terapkan DMO Minyak Sawit, Malaysia Bisa Diuntungkan?

Kebijakan domestic market obligation (DMO) bagi eksportir produk minyak sawit diperkirakan bisa menguntungkan Malaysia—pemasok minyak sawit terbesar nomor 2 setelah Indonesia.
Petani membawa kelapa sawit hasil panen harian di kawasan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Rabu (11/5). Bisnis/Nurul Hidayat
Petani membawa kelapa sawit hasil panen harian di kawasan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Rabu (11/5). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia telah secara resmi menerapkan kebijakan domestic market obligation (DMO) bagi eksportir produk minyak sawit demi menjamin pasokan di dalam negeri.

Meski volume DMO hanya mencakup 20 persen dari jumlah yang diekspor, kebijakan ini bisa memengaruhi harga internasional, sekaligus bisa menguntungkan Malaysia—pemasok minyak sawit terbesar nomor 2 setelah Indonesia.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede berpendapat kebijakan DMO yang diterapkan Indonesia bisa berdampak pada sentimen harga minyak sawit mentah atau CPO di pasar global. Terdapat kekhawatiran berkurangnya pasokan global yang memicu pergerakan harga.

"Mengacu pada data Gapki 2020 dan perhitungan kami, konsumsi domestik dari seluruh CPO dan PKO ada di angka 33,6 persen yang mengindikasikan sebenarnya DMO sudah terpenuhi," kata Josua, Senin (31/1/2022).

Namun, lanjut Josua, terdapat potensi adanya eksportir yang belum memenuhi ambang batas 20 persen pasokan ke dalam negeri. Dengan demikian, eksportir harus menambah porsi penjualan ke dalam negeri agar bisa tetap mengekspor.

"Dengan demikian, kemungkinan ada dampak terhadap aktivitas ekspor Indonesia khususnya untuk komoditas CPO tersebut," katanya.

Josua mencatat sepanjang pekan lalu harga CPO telah mengalami peningkatan sebesar 3,7 persen. Hal ini menjadi sinyal adanya dampak dari penerapan DMO oleh Indonesia.

Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Tofan Mahdi mengatakan dampak dari kebijakan DMO ke pasar global lebih bersifat sementara. Ini lantaran pasar bereaksi dan berspekulasi soal risiko keterbatasan pasokan dari Indonesia.

Spekulasi berkurangnya pasokan dari Indonesia, lanjut Tofan, juga bisa berdampak pada keputusan bisnis buyer untuk memilih pemasok yang lebih aman. Dalam hal ini, Malaysia selaku eksportir minyak sawit terbesar kedua bisa memetik keuntungan.

"Dalam jangka pendek akan terjadi banyak spekulasi, termasuk dengan membeli minyak sawit dari Malaysia. Malaysia diuntungkan dengan hal ini," kata Tofan.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan kebijakan DMO bisa menguntungkan Malaysia karena industri pemakai cenderung memerlukan jaminan pasokan. Di sisi lain, serapan domestik Malaysia dia sebut tidak besar.

"Tentu Malaysia sebagai eksportir kedua terbesar diuntungkan karena para pembeli mencari alternatif pasokan yang lebih terjamin," kata Bhima.

Dia juga mencatat kenaikan harga CPO yang berlanjut juga membuka ruang bagi konsumen untuk beralih ke minyak nabati lain seperti minyak kedelai dan minyak kanola, meski harganya tetap lebih mahal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper