Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Bergeliat, Investasi Tekstil Diproyeksi Rp5,75 Triliun pada 2022

Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Indonesia memperkirakan ada investasi senilai US$400 juta yang akan masuk ke sektor tekstil dan produk tekstil pada tahun ini.
Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Bisnis/Rachman
Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA – Bergeliatnya sektor tekstil dan produk tekstil dalam beberapa bulan terakhir turut mengerek investasi di industri ini.

Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Indonesia mencatat rencana investasi di sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) pada tahun ini diperkirakan sebesar US$400 juta atau sekitar Rp5,75 triliun.

Sekjen APSyFI Redma Gita Wirawasta mengatakan proyeksi investasi tersebut belum termasuk industri kecil menengah (IKM) yang banyak beroperasi di sektor hilir tekstil seperti garmen dan konveksi.

Sebelumnya, pada akhir tahun lalu, gabungan sembilan industri TPT telah menggelontorkan total investasi senilai Rp10,5 triliun dengan rincian Rp2 triliun di Pulau Jawa dan Rp8,5 triliun sisanya di Provinsi Riau.

"Dari perkiraan kami untuk investasi di tahun ini, bisa sampai lebih dari US$400 juta, itu belum termasuk IKM. IKM agak susah [diinventarisasi], karena belinya mesin jahit dan biasanya beli lokal," kata Redma saat dihubungi Bisnis, Senin (31/1/2022).

Dia melanjutkan pada bulan pertama tahun ini, beberapa perusahaan baru di industri hulu sudah memulai pembangunan fasilitas produksi baru. Selain itu, beberapa produsen rayon dan serat juga berencana menambah kapasitas produksi pada tahun ini. Begitu juga dengan produsen kain di industri antara yang akan menambah kapasitas produksi tahun ini.

Di sisi hilir, lanjut Redma, investasi baru akan lebih banyak diisi IKM. Melihat bergeliatnya aktivitas ekonomi di sektor TPT di masa pemulihan ekonomi ini, Redma memandang iklim investasi di Indonesia masih cukup kondusif.

Terlebih, pasar di dalam negeri sudah mulai menunjukkan pemulihan seiring fokus dari industriawan untuk membangun resiliensi market domestik pada tahun ini.

Menurut Redma, risiko relokasi industri karena dampak lonjakan inflasi dan belum stabilnya upah tenaga kerja, belum menjadi ganjalan berarti bagi bergulirnya investasi pada tahun ini.  

"Relokasi sepertinya tidak ada, terutama di garmen, itu tidak ada relokasi, karena garmen ini paling banyak investasinya IKM. Ada beberapa perusahaan besar yang ekspansi, jadi lebih ke ekspansi, bukan relokasi," jelas Redma.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper