Bisnis.com, JAKARTA - Jepang akan mendukung transisi energi di Asean dan mempromosikan kerja sama dengan perusahaan swasta di bidang sumber daya untuk energi terbarukan.
Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang Hagiuda Koichi mengatakan untuk mendukung transisi energi di Asia, Jepang mengumumkan inisiatif yang disebut Inisiatif Transisi Energi Asia atau AETI tahun lalu.
"AETI akan secara proaktif memberikan dukungan keuangan US$10 miliar dan peningkatan kapasitas untuk teknologi dan proyek berdasarkan peta jalan untuk netralitas karbon," katanya dalam acara The Next Chapter of Asean and Japan Economic Cooperation in the Post-Pandemic Era yang diselenggarakan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) pada Senin (10/1/2022).
Dia menyatakan dukungannya terhadap kebijakan transisi energi di Asean yang memanfaatkan energi terbarukan, jaringan listrik berdasarkan dekarbonisasi, dan pembangkit listrik tenaga panas bumi.
"Perhatian dunia tertuju pada bagaimana tenaga batu bara yang menyumbang sekitar 40 persen dari bauran listrik di Asean akan bertransisi ke nol emisi," katanya.
Di samping soal energi, Menteri Hagiuda juga menggarisbawahi pentingnya inovasi dalam kerja sama Jepang - Asean.
Baca Juga
"Hubungan ekonomi antara Jepang dan Asean yang berpusat di sekitar jaringan produksi ini sekarang berubah secara signifikan. Kinerja luar biasa dari startup teknologi digital melambangkan masa depan yang cerah di kawasan ini," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Ekonom Economic Research Institute for Asean and East Asia (ERIA) Fukunari Kimura mengatakan bahwa ekonomi di Asia memperlihatkan adanya pergeseran dari inovasi inkremental ke inovasi yang disruptif.
"Bisnis digital akan menjadi sangat-sangat penting. Jepang dapat menjadi pemain penting yang bekerja sama dengan Asean," ungkapnya.
Dia menekankan bahwa globalisasi dalam kerja sama ekonomi masih dapat dipercaya. Untuk mewujudkannya, perdagangan berbasis aturan dan lingkungan bisnis yang baik menjadi infrastruktur lunak yang penting.
Dia juga mengingatkan adanya tantangan besar yang akan dihadapi di kawasan ini seperti ketegangan geopolitik, teknologi digital, dan keberlanjutan.