Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Teknologi yang Digunakan di Tol Trans Sumatra

Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) memastikan pembangunan Jalan Tol Trans-Sumatra (JTTS) telah menggunakan teknologi terkini untuk mendukung kegiatan konstruksi yang sesuai dengan karakteristik tanah yang menjadi lokasi pembangunannya.
Foto udara Tol Pekanbaru-Dumai di Riau, Sabtu (26/9/2020). Tol Pekanbaru-Dumai sepanjang 131,5 Kilometer ini baru saja diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 26 September kemarin dan merupakan bagian dari Tol Trans Sumatera sepanjang 2.878 kilometer. ANTARA FOTO/FB Anggoro
Foto udara Tol Pekanbaru-Dumai di Riau, Sabtu (26/9/2020). Tol Pekanbaru-Dumai sepanjang 131,5 Kilometer ini baru saja diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 26 September kemarin dan merupakan bagian dari Tol Trans Sumatera sepanjang 2.878 kilometer. ANTARA FOTO/FB Anggoro

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) memastikan pembangunan Jalan Tol Trans-Sumatra (JTTS) telah menggunakan teknologi terkini untuk mendukung kegiatan konstruksi yang sesuai dengan karakteristik tanah yang menjadi lokasi pembangunannya.

Danang Parikesit, Kepala BPJT, mengatakan bahwa sejumlah hambatan kerap mengadang pembangunan jalan tol, seperti kondisi topografi yang sulit dijangkau dan kendala pada permukaan tanah yang bisa menghambat proses konstruksi.

Pembangunan jalan tol di Sumatra sendiri memiliki tantangan, karena lahannya didominasi oleh rawa dengan pola tanah asli yang lunak.

“Hal ini perlu didukung dengan penerapan teknologi yang dapat membantu pelaksanaan konstruksi agar berjalan mudah,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (10/1/2022).

Dia menjelaskan, Tol Palembang–Indralaya telah menerapkan teknologi vacuum consolidation method (VCM) yang merupakan terobosan baru dalam konstruksi jalan tol di Indonesia.

Teknologi VCM juga merupakan perangkat teknologi yang ramah lingkungan, serta mampu meminimalisir sumber daya dan penggunaan alat berat di lapangan.

Teknologi VCM, jelasnya, memiliki manfaat dalam mengurangi kadar air maupun udara dalam tanah. Pasalnya, pembangunan jalan tol tersebut didominasi pengerjaan di atas tanah rawa dengan medan yang berat, sehingga memerlukan metode konstruksi khusus.

“Hadirnya teknologi VCM juga sekaligus digunakan untuk mempercepat penurunan dan meningkatkan daya dukung tanah asli yang lunak,” ucapnya.

Menurutnya, teknologi VCM akan melakukan pemompaan vakum terhadap tanah di lokasi pembangunan jalan tol untuk mengurangi kadar air dan udara, sehingga bisa mempercepat penurunan tanah.

Dia juga menyebut, teknologi VCM memiliki gangguan yang rendah terhadap kegiatan pekerjaan konstruksi lainnya. Bahkan, pengerjaan vakum tersebut dapat dilakukan secara overlap dengan pekerjaan lain, sehingga mempersingkat jadwal konstruksi secara keseluruhan.

Danang menambahkan, penerapan inovasi lainnya seperti sistem monitoring teknologi jembatan juga digunakan dalam memonitor perkembangan kesehatan struktur jembatan setelah beroperasi. Sistem tersebut dikenal dengan sebutan inovasi Structural Health Monitoring System.

“Sistem ini juga mendukung monitoring perkembangan kesehatan struktur jembatan bentang menengah untuk jalan tol, yaitu pada struktur junction yang melintas di atas jalan tol operasi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yanita Petriella
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper