Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OPEC Diyakini Bakal Naikkan Pasokan Minyak di Rapat Perdana 2022 Minggu Depan

Aliansi 23 negara yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia kemungkinan akan melanjutkan kenaikan bulanan sederhana lainnya sebesar 400.000 barel per hari, guna memulihkan produksi yang terhenti selama pandemi.
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA - OPEC dan sekutunya diperkirakan akan memantik kembali rencana untuk mendongkrak lebih banyak pasokan minyak dalam pertemuan perdana mereka di 2022, minggu depan.

Upaya ini akan menggarisbawahi optimisme kelompok produsen minyak tersebut dalam melihat prospek permintaan global di 2022.

Aliansi 23 negara yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia kemungkinan akan melanjutkan kenaikan bulanan sederhana lainnya sebesar 400.000 barel per hari, guna memulihkan produksi yang terhenti selama pandemi, menurut survei Bloomberg.

Beberapa delegasi nasional juga mengatakan mereka mengharapkan peningkatan pasokan yang akan mulai berlaku pada Februari 2022 dan diperkirakan akan terus berlanjut tahun ini.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan mitranya melihat permintaan global terus pulih tahun ini. Adapun, minyak mentah hanya menerima pukulan "ringan" dari varian omicron.

Keyakinan OPEC divalidasi oleh lalu lintas yang sibuk di negara-negara konsumen utama di Asia dan berkurangnya persediaan minyak mentah di AS mendorong harga internasional mendekati US$80 per barel.

“Pasar dapat mengambil minyak ekstra, selama omicron atau penurunan makro tidak menghancurkan permintaan lagi,” kata Bob McNally, Presiden Konsultan Rapidan Energy Group yang juga merupakan mantan pejabat Gedung Putih.

Lima belas dari 16 analis dan pedagang yang disurvei Bloomberg memperkirakan kenaikan produksi minyak akan disetujui saat koalisi yang akan berkumpul secara online pada Selasa (4/12/2022).

Menambahkan pasokan juga akan menunjukkan bahwa Arab Saudi terus memperhatikan risiko inflasi yang menimpa negara pelanggan terbesar mereka, setelah bulan lalu OPEC menyetujui seruan Presiden AS Joe Biden untuk menambah produksi ekstra guna mendinginkan harga bensin yang tak terkendali.

Sementara langkah mengejutkan itu pada awalnya dibaca sebagai sinyal bearish oleh para pedagang, Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman membantu menopang sentimen pasar dengan memutuskan bahwa pertemuan OPEC akan tetap secara teknis dan menegaskan OPEC bisa membalikkan kenaikan output dalam waktu singkat jika diperlukan.

Sementara itu, melanjutkan kenaikan bulanan berikutnya bukan tanpa risiko. China, pengguna minyak terbesar di Asia, telah menunjukkan tanda-tanda pelemahan permintaan bahan bakar di tengah pendekatan nol-Covid dan upaya menekan polusi. Di AS, pembatalan maskapai sudah menumpuk, dengan 1.125 penerbangan dibatalkan karena meningkatnya kasus virus Corona melumpuhkan staf maskapai penerbangan.

OPEC memperkirakan bahwa pasar minyak dunia akan kembali ke surplus, yang hanya akan melebar dalam beberapa bulan mendatang karena pasokan melonjak dari saingan kelompok itu - termasuk penyebaran cadangan darurat oleh AS dan konsumen lainnya. Dengan kelebihan yang diproyeksikan mencapai 2,6 juta barel per hari di bulan Maret, OPEC mungkin perlu mempertimbangkan kembali kenaikan lebih lanjut.

“OPEC+ sangat tidak mungkin untuk menjatuhkan keputusan sekarang dan memungkinkan persediaan meningkat secara signifikan,” kata Bjarne Schieldrop, Kepala Analis Komoditas di SEB AB.

Tetapi untuk saat ini, kelompok tersebut tidak terlalu terganggu oleh prospek rebound dalam stok, menurut seorang delegasi senior di OPEC yang dikutip Bloomberg.

Persediaan saat ini berada pada level rendah dan biasanya terisi kembali selama jeda permintaan musiman pada kuartal pertama, kata delegasi tersebut. Stok di negara maju 170 juta barel di bawah rata-rata untuk tahun 2015-2019, menurut data OPEC.

“Saya tidak melihat alasan mengapa grup tidak akan terus menambah barel pada kecepatan yang disepakati, paling tidak mengingat dampak terbatas pada permintaan global dari kasus omicron yang melonjak,” kata Ole Hansen, Kepala Penelitian Komoditas di Saxo Bank A/S dalam Kopenhagen.

Peningkatan produksi OPEC+ bagaimanapun juga akan terhambat karena banyak negara - terutama Angola dan Nigeria - berjuang untuk membuat kenaikan produksi yang diizinkan karena investasi yang terbatas dan gangguan operasional. Akibatnya, peningkatan aktual pada Februari mendatang kemungkinan akan kurang dari 400.000 barel per hari resmi, menurut McNally dari Rapidan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper