Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Dagang Surplus 19 Bulan Beruntun, Begini Pandangan BI

Meski surplus neraca perdagangan Indonesia pada November 2021 lebih rendah dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya, Bank Indonesia memandang neraca perdagangan Indonesia terus mencatat nilai positif sejak Mei 2020.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan surplus neraca perdagangan Indonesia pada November 2021 tetap tinggi mencapai US$3,51 miliar, meski lebih rendah dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya sebesar US$5,74 miliar.

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono menyampaikan, dengan perkembangan tersebut, neraca perdagangan Indonesia terus mencatat nilai positif sejak Mei 2020.

Jika diakumulasikan, neraca perdagangan Indonesia pada Januari-November 2021 secara keseluruhan mencatat surplus sebesar US$34,32 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama pada 2020 sebesar US$19,52 miliar.

“BI memandang surplus neraca perdagangan tersebut berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia,” katanya dalam siaran pers, yang dikutip Bisnis, Kamis (16/12/2021).

Adapun, surplus neraca perdagangan November 2021 dipengaruhi oleh surplus neraca perdagangan nonmigas yang tetap tinggi di tengah defisit neraca perdagangan migas yang meningkat.

Pada November 2021, surplus neraca perdagangan nonmigas sebesar US$5,21 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada Oktober 2021 sebesar US$6,61 miliar.

Ekspor nonmigas pada November 2021 tercatat sebesar US$21,51 miliar, sedikit meningkat dibandingkan dengan capaian pada bulan sebelumnya sebesar US$21,0 miliar.

Ekspor komoditas berbasis sumber daya alam, seperti bahan bakar mineral termasuk batu bara serta produk manufaktur, seperti karet dan barang dari karet serta logam mulia dan perhiasan/permata, tercatat meningkat.

Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas ke China, Amerika Serikat, dan Jepang tetap tinggi seiring dengan pemulihan permintaan global.

Erwin menyampaikan, BI ke depan akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk mendukung pemulihan ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Editor : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper