Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tantangan Makin Kompleks, Pewaralaba Harus Jeli Lihat Tren

Pelaku usaha waralaba harus jeli melihat tren konsumen dalam jangka panjang. 
Pengunjung beraktivitas di kawasan Mbloc Space, Jakarta, Selasa (31/8/2021). Pemerintah melakukan perpanjangan PPKM level 3 di DKI Jakarta hingga 6 September 2021 dengan memberikan kelonggaran bagi restoran dan pusat perbelanjaan maksimum kapasitas 50 persen dari semula hanya 25 persen dan jam operasional hingga 21.00 WIB./Antara
Pengunjung beraktivitas di kawasan Mbloc Space, Jakarta, Selasa (31/8/2021). Pemerintah melakukan perpanjangan PPKM level 3 di DKI Jakarta hingga 6 September 2021 dengan memberikan kelonggaran bagi restoran dan pusat perbelanjaan maksimum kapasitas 50 persen dari semula hanya 25 persen dan jam operasional hingga 21.00 WIB./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Terdapat sejumlah peluang yang bisa dimanfaatkan pebisnis waralaba untuk optimasi kinerja pada masa pemulihan. 

Pengamat ritel sekaligus Staf Ahli Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Yongky Susilo mengatakan pewaralaba harus jeli melihat tren konsumen dalam jangka panjang. 

Yongky mengatakan pewaralaba perlu mulai melirik bisnis dengan target pasar masyarakat kelas menengah ke atas, mengingat daya belinya cenderung terjaga.

“Jadi siapkan barang-barang dan layanan yang lebih premium ke depan,” kata Yongky di Jakarta, Selasa (7/12/2021).

Dia juga menjelaskan bahwa belanja kebutuhan pokok di toko tradisional masih akan mendominasi, dengan aktivitas di toko modern yang cenderung masih stabil. Dia memperkirakan dagang-el tidak tumbuh signifikan ke depan seiring dengan normalisasi mobilitas masyarakat ketika pandemi lebih terkendali.

“Bisnis makanan, minuman, dan indulgence akan tumbuh ke depan, apalagi masyarakat butuh indulgence. Perlu dicatat bahwa kemasan premium perlu diadopsi,” katanya.

Yongky juga mengingatkan para pelaku waralaba untuk berinovasi secara cepat, terutama pada sektor lifestyle yang sifatnya jangka pendek. Pelaku usaha juga perlu mengadopsi pemasaran yang mengikuti perkembangan zaman.

“Saya punya contoh bisnis franchise yang sederhana, ia menjual baut dan mur. Ini bertahan lama dan merupakan kebutuhan dasar. Jadi memang tergantung jenis franchise, kalau gaya hidup harus terus inovasi karena trennya berubah cepat,” kata dia.

CEO Nyayap Terbang Bersama, waralaba makanan lokal, Kenneth Chandra mengatakan mengakui bahwa aktivitas dine-in mulai menunjukkan perbaikan dan mulai mengimbangi penjualan daring. Dia memperkirakan level bisnis telah mencapai 70 sampai 80 persen situasi sebelum pandemi.

“Kami melihat perekonomian akan membaik pada 2022 dan selanjutnya. Jadi diharapkan bisa jadi momen untuk waralaba lokal untuk memperluas bisnis,” kata Kenneth.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper