Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Vale Kembangkan Bisnis Konstruksi

Raksasa pertambangan ini juga sedang mengembangkan jenis semen geopolimer rendah emisi yang akan menggunakan pasir limbah pertambangan.
Ilustrasi penambahan bijih besi/Reuters
Ilustrasi penambahan bijih besi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Pemain tambang terbesar kedua di dunia, Vale SA tengah mengembangkan bisnis konstruksi dengan menyuling pasir dari bahan sisa produksi bijih besinya.

Dilansir Bloomberg pada Senin (29/11/2021), Vale yang berbasis di Rio de Janeiro ini akan memasok untuk kebutuhan proyek pembangunan di Brasil.

Kepala Pemasaran Besi Vale Rogerio Nogueira mengatakan raksasa pertambangan ini juga sedang mengembangkan jenis semen geopolimer rendah emisi yang akan menggunakan pasir limbah pertambangan.

Peralihan ke produk yang lebih ramah lingkungan menjadi bagian dari upaya perusahaan untuk membersihkan operasi dan rantai pasoknya pada saat negara-negara mengurangi emisi gas rumah kaca.

Nogueira menambahkan, rencananya adalah untuk memulai inisiatif yang sukses dalam jenis modal ventura perusahaan.

Proyek semen ini masih dalam tahap pengembangan dan produk operasional pasir sudah dimulai dengan kapasitas sebesar 250.000 metrik ton sebelum mencapai target sebesar 1 juta ton pada tahun depan.

Namun, dengan kapasitas yang besar, Vale mampu memproduksi hingga 50 juta ton, yang hampir sama dengan kandungan hasil akhir bijih besinya.

Bisnis ini cukup potensial dengan pasar pasir Brasil yang lebih dari 300 juta ton dan industri global sekitar 40 miliar ton, yang sebagian besar berasal dari pengerukan ilegal.

“Pasir adalah komoditas penting bagi dunia dan memiliki banyak dampak terhadap lingkungan karena pengerukan di sungai,” kata Nogueira.

Selain semen dan pengaspalan jalan, Vale juga memanfaatkan pasir untuk pembuatan keramik. Sejumlah universitas di Australia dan Swiss sedang mempelajari kemungkinan aplikasi pasir yang terbuat dari bijih mineral dengan menggunakan Vale sebagai studi kasus.

Kepala Strategi dan Transformasi Bisnis Vale Luciano Siani mengatakan harga bijih besi berjangka telah terpangkas sekitar setengahnya sejak pertengahan Juli karena China membatasi produksi baja untuk mencegah polusi dan penggunaan listrik. Hal itu dilakukan untuk memastikan langit bersih pada ajang Olimpiade Februari,

Harga diperkirakan terus melemah menjelang pertandingan dan akan kembali pada kuartal kedua dan ketiga pada 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper