Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kendala Bahan Baku, Industri Plastik Antisipasi Penurunan Utilisasi

Kenaikan harga bahan baku diyakini mengganjal kinerja industri plastik hilir. Saat ini, utilisasi kapasitas produksi masih terjaga di angka 95 persen untuk industri plastik hulu dan 75 hingga 80 persen untuk plastik hilir.
Ilustrasi industri plastik
Ilustrasi industri plastik

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) mencatat utilisasi kapasitas produksi masih terjaga di angka 95 persen untuk industri plastik hulu dan 75 hingga 80 persen untuk plastik hilir.

Namun demikian, Sekjen Inaplas Fajar Budiono menggarisbawahi kenaikan harga bahan baku yang mengganjal kinerja industri plastik hilir. Kenaikan harga bahan baku ini juga bersamaan dengan tantangan lain seperti pemberlakuan PPKM level 3 saat Natal dan Tahun Baru, utilisasi di industri plastik hilir diantisipasi untuk turun.

"Harga komoditas naik terus sehingga harga [produk] turunannya jadi mahal. Sehingga pelaku industri sekarang sedang berinovasi untuk menggunakan alternatif material atau menurunkan kualitas produk sehingga bisa terserap pasar," kata Fajar saat dihubungi, Rabu (1/12/2021).  

Selain itu, pelaku industri juga dihadapkan pada kendala mesin yang rusak tetapi belum dapat segera diperbaiki karena suku cadangnya harus diimpor. Sementara itu, aktivitas impor masih terdampak kendala logistik akibat kelangkaan kontainer.

Selanjutnya, pemberlakuan PPKM level 3 secara nasional pada 24 Desember 2021 hingga 2 Januari 2022 juga mendorong industriawan untuk menghabiskan stok bahan baku dan produk jadi. "Jadi [utilisasi] industri di-maintain di level yang minimum," lanjut Fajar.

Dari sisi ekspor, Fajar mengakui bahwa kenaikan harga komoditas dan kelangkaan kontainer berdampak pula pada penurunan pesanan dari luar negeri. Di sisi lain, pelaku usaha juga mengantisipasi penurunan harga yang biasanya terjadi di awal tahun untuk mempertahankan margin.

"Jadi memang ini sedang berhati-hati karena mereka sedang menghabiskan barang sampai akhir januari. Akhir Januari ada Imlek, biasanya harga semua turun," ujar Fajar.

Sebelumnya, survei terbaru IHS Markit menyebutkan manufaktur Indonesia mengalami tekanan harga input dan biaya output. Inflasi harga input mengalami akselerasi pada November ke posisi tinggi delapan tahun, didorong oleh kenaikan biaya bahan baku dan transportasi di samping kekurangan di pihak pemasok.

Alhasil, perusahaan manufaktur berlanjut meneruskan beban kenaikan biaya kepada pelanggan dengan menaikkan harga. Sementara itu, permintaan asing terus menurun, jatuh selama lima bulan berturut-turut.

Menurut bukti anekdotal, kurangnya permintaan asing dan rendahnya tingkat inventaris merupakan penyebab penurunan pada November. Adapun purchasing managers' index (PMI) manufaktur Indonesia tercatat sebesar 53,9 pada November 2021, turun dari angka rekor bulan sebelumnya 57,2.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper