Bisnis.com, JAKARTA – Rencana ekspor listrik ke Singapura disasar pemerintah untuk mendapatkan devisa pengganti dari penghentian ekspor gas ke Negeri Singa itu.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan, kerja sama Asean Power Grid membuka peluang yang besar untuk ekspor listrik dari Indonesia. Apalagi, Singapura telah secara resmi mengumumkan kebutuhan impor listrik sebesar 7 gigawatt (GW).
“Cita-citanya ingin dapat devisa dari ekspor listrik, karena selama ini kita hanya ekspor gas. Meskipun di sana dipakai untuk listrik, kenapa sekarang tidak listrik yang diproduksi [untuk diekspor] ke sana,” ujarnya dalam webinar Badan Logistik & Rantai Pasok Kadin Indonesia, Rabu (24/11/2021).
Pemerintah sendiri telah menyediakan tiga skema dalam proyek ekspor listrik dari Indonesia ke Singapura. Aturan tersebut dibuat untuk mendukung ekspor listrik dari dalam negeri.
Pada skema pertama, badan usaha pemegang penetapan wilayah usaha penyediaan tenaga listrik (Wilus) menjual tenaga listrik secara langsung kepada konsumen di Singapura.
Mekanismenya melalui badan usaha yang mengajukan penetapan Wilus, kemudian mendapatkan izin usaha penyediaan listrik untuk kepentingan umum (IUPTLU), hingga mendapatkan izin usaha jual beli listrik lintas negara (IUJBLN).
Baca Juga
Skema kedua adalah badan usaha pemegang Wilus menjadi independent power producer (IPP) seperti PLN atau PLN Batam. Kemudian, badan usaha pemegang Wilus menjual listrik kepada konsumen di Singapura melalui skema grid to grid.
Kemudian, skema ketiga adalah kerja sama antarpemegang Wilus melalui skema pemanfaatan bersama jaringan tenaga listrik atau power wheeling.
“Malaysia tidak akan ekspor ke Singapura, nengok-nya ke Indonesia, makanya kami kejar peluang itu. Sekarang sudah ada perusahaan menghadap mau mengekspor listrik ke sana,” ujarnya.