Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kaji Permintaan dan Pasokan, Begini Strategi EBT PLN

Dia menambahkan, dalam pengembangan EBT pihaknya akan memprioritaskan daerah yang defisit listrik atau daerah yang saat ini masih menggunakan bahan bakar minyak. 
Pekerja membersihkan panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Selasa (2/2/2021)./ANTARA FOTO-Ahmad Subaidi
Pekerja membersihkan panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Selasa (2/2/2021)./ANTARA FOTO-Ahmad Subaidi

Bisnis.com, BANDUNG — PT PLN (Persero) telah merancang strategi untuk mencapai komitmen peningkatan bauran energi baru dan terbarukan (EBT), sehingga dalam implementasinya dapat berjalan dengan lancar.

Vice President Energi Hidro PLN Deny Waskitho Sigit mengatakan dalam pengembangan pembangkit EBT harus tetap dengan menjaga keselarasan pasokan dan permintaan.

"Jangan sampai kita kelebihan supply yang mana nanti secara bisnis akan tidak baik. Kalau dilihat dari EBT," ujarnya di PLTA Saguling, Bandung, Kamis (11/11/2021).

Dia menambahkan, dalam pengembangan EBT pihaknya akan memprioritaskan daerah yang defisit listrik atau daerah yang saat ini masih menggunakan bahan bakar minyak. 

Menurutnya, strategi itu secara bisnis akan berdampak positif karena dapat mengurangi beban bahan bakar yang digunakan.

Deny menambahkan, strategi lainnya adalah dengan membuka peluang permintaan listrik pada daerah-daerah yang memiliki potensi EBT besar.

"PLN bekerja sama dengan pemerintah untuk membangun demand di sana sehingga potensi yang besar, yang jauh dari demand bisa terbangun," ungkapnya.

Dalam transformasi Green PLN, pengembangan kapasitas EBT akan ditingkatkan dari 8 gigawatt (GW) pada 2021 menjadi 18,6 GW pada 2025 dan meningkat menjadi 28,9 GW pada 2030.

Dari sisi bauran transformasi itu akan meningkatkan realisasi pada tahun ini sebeaar 12,56 persen menjadi 23 persen pada 2025 dan 24,8 persen pada 2030.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper