Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hindari Kemacetan Global, ISAA: Pemilik Kapal Cari Alternatif Pelabuhan

ISAA menyebut pemilik kapal akan mencari alternatif pelabuhan terdekat untuk menghindari kemacetan pelabuhan global.
Ilustrasi. Foto udara kbongkar muat kontainer di Pelabuhan Yangshan Deepwater, Shanghai, China, Senin (23/3/2020). Bloomberg/Qilai Shenn
Ilustrasi. Foto udara kbongkar muat kontainer di Pelabuhan Yangshan Deepwater, Shanghai, China, Senin (23/3/2020). Bloomberg/Qilai Shenn

Bisnis.com, JAKARTA – Indonesian Shipping Agency Association (ISAA) menilai para pemilik kapal bakal mencari alternatif pelabuhan terdekat untuk bersandar dan segera membongkar kontainer supaya dapat menghindari kongesti yang terjadi di pelabuhan global.

Pelaksana Tugas Ketua Umum ISAA Rheinhard Lumban Tobing juga membenarkan kongesti atau antrean kapal yang terjadi awalnya di China sekarang sudah dirasakan di pantai barat Amerika Serikat khususnya di Los Angeles dan Long Beach. Penyebab macet parahnya pelabuhan global tersebut adalah pelayanan-pelayanan di pelabuhan yang terbatas karena Covid-19.

Menurutnya, walaupun jam kerja tersebut sudah ditingkatkan menjadi 24/7 akan tetapi kapal-kapal sudah terlanjur tiba di anchorage menunggu waktu sandar. Dampaknya kapal-kapal tertahan karena tidak dapat sandar dan membongkar kontainer. Sebagai konsekuensinya, barang-barang juga tidak dapat dikirim ke penerima barang atau consignee karena terlambat menuju pelabuhan selanjutnya.

“Strategi yang dapat dilakukan oleh pemilik kapal mencari alternatif pelabuhan yang terdekat. Agar dapat menghindari kongesti dan segera membongkar kontainer. Alternatif pelabuhan di pantai barat Amerika adalah Port of Tacoma, Port of Seattle, dan Port of Oakland,” ujarnya, Miggu (7/11/2021).

Efek berganda dari kondisi macetnya pelabuhan global tersebut tentunya berupa kelangkaan kontainer, tarif atau freight melambung dan menimbulkan biaya tambahan seperti congestion recovery, dan lainnya. Dampak ini juga dirasakan oleh Indonesia yang mengalami gangguan dalam proses impor dan ekspor.

Pasalnya, kendati kontainer sudah tercukupi akan tetapi ruang kapal menjadi terbatas dan freight tinggi. “Meski demikian, pelabuhan-pelabuhan di Indonesia lancar tidak terjadi kongesti,” ujarnya.

Sementara itu, Maersk berencana meningkatkan schedule reliability guna meminimalisir dampak negatif kongesti yang terjadi di sejumlah pelabuhan global.

Senior Director A.P. Moller - Maersk Erry Hardianto menjelaskan saat ini ada sekitar 40-70 kapal yang mengantre untuk bersandar di pelabuhan Los Angeles. Rata rata kapal tersebut menunggu selama 10 sampai 14 hari untuk mendapat giliran sandar di pelabuhan.
Menurutnya, hal ini juga disebabkan oleh adanya kongesti di pelabuhan akibat kenaikan permintaan yang cukup tinggi dan efek pandemi Covid-19 berupa pembatasan kegiatan masyarakat. Meskipun saat ini kebijakan pembatasan aktivitas telah dilonggarkan, tetapi dia meyakini dampaknya masih dirasakan.

Sejauh ini, kondisi tersebut tak hanya menyebabkan tekanan ketersedian ruang muat kapal tetapi juga menyebabkan tekanan ke schedule reliablity.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper