Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mulai Terkontraksi, Harga Batu Bara Masih Tinggi

Stabilitas harga batu bara saat ini juga ditopang hubungan buruk antara China dan Australia. Hal ini menyebabkan pasokan batu bara Negeri Kangguru tidak dapat masuk ke China.
Proses mobilisasi batu bara dari ketinggian 15 meter - 20 meter di Anjungan Tambang Air Laya yang disediakan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) / Tim Jelajah Komoditas Bisnis Indonesia
Proses mobilisasi batu bara dari ketinggian 15 meter - 20 meter di Anjungan Tambang Air Laya yang disediakan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) / Tim Jelajah Komoditas Bisnis Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA – Harga komoditas batu bara terkontraksi cukup dalam selama sepekan terakhir. Peneliti Alpha Research Database Ferdy Hasiman memperkirakan harga ini akan tetap bertahan hingga tahun depan. 

Berdasarkan bursa ICE Newcastle harga batu bara untuk kontrak Desember 2021 mencapai US$181 per metrik ton. Angka ini merosot tajam dari peningkatan sebesar US$272 per metrik ton pada 5 Oktober 2021. 

Ferdy menyebut volatilitas harga emas hitam terjadi akibat kebijakan yang dikeluarkan oleh negara produsen. Meski begitu, harga komoditas ini diperkirakan tidak akan terkoreksi dalam. 

“Mungkin sekitar US$180 per metrik ton. Tapi untuk jauh ke bawah kemungkinan tidak,” katanya kepada Bisnis, Senin (25/10/2021). 

Sejumlah faktor masih menjadi penopang tingginya harga batu bara global. Beberapa di antaranya seperti transisi energi yang dilakukan sejumlah negara. Tetapi, mereka juga harus menghadapi sifat intermitten dari pembangkit bersih. 

Di sisi lain, dia meminta para pengusaha tambang untuk membayar kewajiban untuk negara termasuk royalti. Pasalnya momentum kenaikan harga batu bara juga berpengaruh pada peningkatan pendapatan perusahaan. 

“Emiten perlu patuh dengan pajak. Banyak emiten negara nggak patuh pajak,” katanya. 

Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk. Suryo Eko Hadianto memproyeksikan harga batu bara akan tetap tinggi hingga 2022. Kondisi ini disebabkan oleh sejumlah faktor utama. 

“Harga 2022 kami cukup optimis 2022 masih boleh dikatakan tergolong tinggi walaupun tidak setinggi saat ini,” katanya, Senin (25/10/2021). 

Keyakinan tersebut disebabkan oleh sejumlah faktor. Pertama, sejumlah negara mulai kembali mengoperasikan pembangkit listrik berbasis batu bara di antaranya China dan Kanada. Padahal negara tersebut telah berkomitmen mengurangi PLTU batu bara. 

Kemudian, cuaca buruk masih mempengaruhi kapasitas produksi batu bara dunia. Sementara komoditas ini menjadi incaran setelah sumber energi dunia lainnya mengalami kenaikan drastis. 

Stabilitas harga batu bara saat ini juga ditopang hubungan buruk antara China dan Australia. Hal ini menyebabkan pasokan batu bara Negeri Kangguru tidak dapat masuk ke China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper