Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Intel Ramal Krisis Chip Global Berlangsung Hingga 2023

Krisis chip saat ini adalah yang terburuk, tetapi akan menjadi lebih baik secara bertahap setiap kuartal tahun depan. Kendati demikian, keseimbangan pasokan-permintaan tidak dapat diharapkan hingga setidaknya 2023.
Ilustrasi chip/ Bloomberg
Ilustrasi chip/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Krisis chip global kemungkinan akan bertahan lebih lama dari perkiraan semula. Hal tersebut disampaikan oleh CEO Intel Pat Gelsinger yang memperkirakan krisis itu akan berlanjut setidaknya hingga 2023.

Pernyataan Gelsinger itu disampaikanya kepada CNBC pada Kamis malam (21/10/2021), jelang laporan keuangan kuartal ketiga 2021 Intel.

Bos Intel tersebut mengungkapkan bahwa kekurangan komponen itu mempengaruhi bisnis chip PC selama kuartal ketiga yang menyebabkan penurunan 8 persen pada saham Intel.

Dia percaya bahwa krisis saat ini adalah yang terburuk, tetapi akan menjadi lebih baik secara bertahap setiap kuartal tahun depan. Kendati demikian, keseimbangan pasokan-permintaan tidak dapat diharapkan hingga setidaknya 2023.

Digitalisasi segalanya, didorong oleh empat kekuatan super AI, konektivitas yang meresap, infrastruktur cloud-to-edge, dan komputasi, mendorong kebutuhan lebih banyak chip, menurut Gelsinger.

Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa pasar diperkirakan akan berlipat ganda menjadi US$ 1 triliun pada akhir dekade ini. Sampai saat itu, pasar untuk perangkat terdepan akan meningkat menjadi lebih dari 50 persen dari total.

“Pelanggan terus memilih Intel untuk kebutuhan pusat data mereka dan prosesor Xeon generasi ketiga kami, Ice Lake, telah mengirimkan lebih dari 1 juta unit sejak diluncurkan pada bulan April, dan kami berharap dapat mengirimkan lebih dari 1 juta unit lagi di kuartal IV saja,” kata Gelsinger.

Meskipun pasokan menipis, Intel melaporkan kinerja kuartal ketiganya dengan peningkatan pendapatan 5 persen year-on-year (yoy) karena permintaan yang kuat di bisnis DCG dan IOTG-nya. Intel juga mencatat penghasilan sebesar US$ 9,9 miliar dari operasi dan peruahaan akan membayar dividen sebesar US$ 1,4 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Tempo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper