Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Tinggi, Negara Kantongi Cuan Lebih Banyak dari Hulu Migas

Kenaikan harga minyak mentah dunia telah membuat penerimaan negara dari sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) membengkak.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam sebuah konferensi pers, 2020. Istimewa/ SKK Migas
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam sebuah konferensi pers, 2020. Istimewa/ SKK Migas

Bisnis.com, JAKARTA – Kenaikan harga minyak mentah dunia telah membuat penerimaan negara dari sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) membengkak.

Sampai dengan kuartal III/2021, penerimaan negara tercatat telah melampaui target yang ditetapkan sepanjang tahun ini.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto memaparkan, pada periode Januari–September 2021, realisasi penerimaan negara dari sektor hulu minyak dan gas bumi telah mencapai US$9,53 miliar, atau 131 persen dari target tahun ini sebesar US$7,28 miliar.

Penerimaan negara mengalami pertumbuhan luar biasa, salah satunya dampak dari harga minyak dan efisiensi,” katanya dalam paparannya, Selasa (19/10/2021).

Dwi mengatakan, meredanya pandemi Covid-19 telah membuat lonjakan permintaan komoditas energi secara global. Harga minyak mentah yang sempat terpuruk pada tahun lalu juga kini telah berbalik melesat mencapai harga tertingginya.

Dwi menilai, kondisi kenaikan harga tersebut akan terus terjadi selama musim dingin berlangsung di sejumlah negara, dan baru akan turun pada level US$60–US$65 per barel sampai musim panas pada pertengahan tahun depan.

SKK Migas memproyeksikan, penerimaan negara dari hulu migas sampai dengan akhir tahun nanti bisa mencapai US$11,7 miliar, atau di atas target yang ditetapkan dalam APBN 2021 sebesar US$7,28 miliar.

Harga baik, makanya penerimaan negara kita baik. Kalau sampai akhir tahun nanti akan lebih dari itu,” ujarnya.

Sementara itu, dari sisi investasi di sektor hulu migas, realisasi sampai dengan kuartal III/2021 telah mencapai US$7,9 miliar. Jumlah itu baru mencapai 64 persen dari target yang telah ditetapkan tahun ini senilai US$12,38 miliar.

Adapun, realisasi cost recovery per September 2021 telah mencapai US$5,56 miliar atau 68,9 persen dari target tahun ini sebanyak US$8,07 miliar.

Cost recovery outlook-nya mudah-mudahan masih terus terjaga agar tidak berlebih. Dengan harga minyak tinggi ada risiko cost recovery naik, tapi dari sisi revenue juga akan naik,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper