Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Ekonomi AS Berpotensi Tergerus di Akhir Tahun

Sejumlah ekonom masih mengungkapkan optimisme, tetapi proyeksi pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal III/2021 telah turun tajam sejak Agustus.
Pelaku pasar sedang memantau perdagangan di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, Senin (20/9/2021)./Bloomberg
Pelaku pasar sedang memantau perdagangan di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, Senin (20/9/2021)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonomi Amerika Serikat sempat diprediksi sudah membaik dari dampak pandemi Covid-19. Namun, kini pertumbuhan tampak seperti jalan di tempat.

Dilansir Bloomberg pada Jumat (15/10/2021), penyebaran varian delta telah menahan belanja masyarakat di AS, terutama setelah restoran dan hotel-hotel dibatasi.

Rantai pasok yang tersendat dan Badai Ida yang menyebabkan bencana di pusat fasilitas petrokimia Louisiana dan kerugian sekitar US$20 miliar akibat banjir di Timur Laut. Ancaman tingginya inflasi di atas perkiraan juga telah meregangkan anggaran rumah tangga.

Sejumlah ekonom masih mengungkapkan optimisme, tetapi proyeksi pertumbuhan pada kuartal III/2021 telah turun tajam sejak Agustus.

"Tidak satu pun dari [kondisi] ini berarti rebound AS sedang menuju ke arah sebaliknya. Mungkin resesi terlalu kuat, tetapi yang terjadi pasti lebih lembut," kata Nathan Sheets, kepala ekonom yang baru diangkat untuk Citigroup Inc.

Ekonom menilai salah satu komponen yang akan menjadi faktor penting yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi AS saat ini adalah waktu pengapalan.

Biasanya, semakin lama waktu yang dibutuhkan maka justru akan menandakan permintaan yang banyak dan perekonomian yang kuat.

Namun. akibat pandemi, teori tersebut tidak berlaku. Terdapat rentetan permasalahan tidak terduga pada proses pengapalan AS. Dengan kata lain, semakin panjangnya antrean, menandakan adanya pelemahan pada rantai pasok ketika permintaan tinggi.

Pengamat ekonomi juga menjadi bingung ketika melihat ada lebih dari 10 juta lowongan pekerjaan tersedia, tetapi minat pencari kerja telah melambat dengan tajam. Dalam dua bulan terakhir, hampir setiap ekonom yang disurvei oleh Bloomberg melebih-lebihkan jumlah pekerjaan baru.

Sementara itu, orang Amerika dengan bayaran terendah menanggung beban perlambatan ini. Pada level pekerja berpenghasilan terendah, jumlah pekerja turun 25,6 persen dibandingkan dengan sebelum Covid-19 pada pertengahan Agustus, menurut Opportunity Insights oleh Harvard. Angka tersebut menjadi yang terburuk sejak Juni 2020, beberapa bulan setelah pandemi dimulai.

Di samping itu, inflasi juga telah mengancam pemulihan ekonomi. Ada perdebatan tentang kenaikan harga akibat pandemi akan bersifat sementara atau tidak.

Namun, lonjakan harga telah menekan belanja rumah tangga. Analis Moody's Analytics Mark Zandi memperkirakan bahwa pengeluaran rumah tangga naik hingga US$175 per bulan.

Hal tersebut diperparah dengan harga energi dan komoditas yang juga semakin mahal. Belanja untuk kebutuhan rumah, kendaraan, dan barang tahan lama semuanya memburuk pada Agustus karena harga yang tinggi, menurut laporan konsumen terbaru University of Michigan. Pembelian mobil tercatat turun dari 18,5 juta per tahun pada April menjadi hanya 12,2 juta bulan lalu.

Bank sentral AS cabang Cleveland memprediksi gelombang inflasi pandemi pertama memang hanya terbatas pada sekelompok kecil barang dan jasa. Namun, kini tidak lagi dan telah terjadi secara meluas.

Mereka menemukan bahwa 44 komponen utama dalam price basket atau daftar kelompok barang dan jasa tertentu, naik hingga 3 persen dalam beberapa bulan terakhir. Sementara pada awal tahun ini, jumlahnya kurang dari sepertiganya.

Namun, pandemi mengubah kebiasaan belanja orang Amerika. Rumah tangga membeli lebih banyak barang daripada sebelumnya, tetapi justru berkontribusi pada ketegangan pada rantai pasok.

Para ekonom mengatakan pemulihan akan mendorong belanja jasa juga, meski terjadi lebih lambat.

Survei konsumen The Michigan menemukan bahwa hanya 44 persen orang Amerika yang memperkirakan situasi keuangan mereka akan membaik, angka terendah dalam tujuh tahun.

Sentimen terhadap pemilik bisnis kecil menurun pada September, di mana tingkat keyakinan sejumlah pelaku usaha dalam memperkirakan bisnisnya membaik pada 6 bulan mendatang, menjadi yang terendah sejak Desember 2012.

Adapun, tingkat kepercayaan diri CEO yang disusun oleh majalah Chief Executive juga telah menurun selama tiga bulan berturut-turut. Artinya, seluruh keyakinian pada awal 2021 sudah memudar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper