Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Termasuk Indonesia, Emisi Gas Rumah Kaca Negara G20 Kembali Naik

Emisi gas rumah kaca diperkirakan kembali meningkat di Indonesia dan negara-negara anggota G20 lainnya pada tahun ini. Proyeksi itu dikemukakan dalam laporan transparansi iklim atau climate transparency report sebagai catatan tahunan paling komprehensif terkait perubahan iklim.
Gas rumah kaca./Ilustrasi
Gas rumah kaca./Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Emisi gas rumah kaca diperkirakan kembali meningkat di Indonesia dan negara-negara anggota G20 lainnya pada tahun ini. Proyeksi itu dikemukakan dalam laporan transparansi iklim atau climate transparency report sebagai catatan tahunan paling komprehensif terkait perubahan iklim.

Gahee Han, aktivis solutions for our climate asal Korea Selatan yang ikut menulis dalam laporan itu, menyebutkan bahwa pandemi Covid-19 sempat menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK).

Pada 2020, emisi CO2 yang berasal dari energi turun 6 persen di seluruh negara anggota G20. Namun pada 2021, emisi tersebut diproyeksikan akan melambung hingga 4 persen.

“Melonjaknya emisi di seluruh G20, sebagai kelompok negara yang bertanggung jawab atas 75 persen emisi GRK global, menunjukkan bahwa pengurangan emisi yang menyeluruh dan secepatnya saat ini sangat dibutuhkan untuk mencapai netral karbon,” katanya dalam siaran resmi, Jumat (15/10/2021).

Selain itu, laporan tersebut juga mencatat beberapa perkembangan positif, seperti pertumbuhan tenaga surya dan angin di antara anggota G20.

Rekor baru datang dari kapasitas terpasang di 2020. Pangsa energi terbarukan dalam pasokan energi diproyeksikan tumbuh dari 10 persen pada 2020, dan menjadi 12 persen di 2021.

Pada sektor ketenagalistrikan, energi terbarukan meningkat sebesar 20 persen di 2015–2020. Angka itu diproyeksikan menjadi hampir 30 persen dari bauran energi G20 pada 2021.

Namun, di saat yang bersamaan para ahli mencatat bahwa anggota G20 selain Inggris tidak memiliki strategi jangka pendek maupun jangka panjang untuk mencapai 100 persen energi terbarukan di sektor listrik di 2050.

Di sisi lain, ketergantungan pada bahan bakar fosil tidak menyusut. Sebaliknya, konsumsi batu bara diprediksi meningkat hampir 5 persen pada 2021, sedangkan konsumsi gas memuncak 12 persen di seluruh G20 pada 2015–2020.

Laporan itu juga menemukan bahwa pertumbuhan batu bara utamanya terkonsentrasi di China, diikuti oleh Amerika Serikat (AS) dan India.

Di waktu yang sama, ragam pemberitaan mengisyaratkan bahwa sebagian besar pemerintah G20 menyadari perlunya transisi ke ekonomi rendah karbon.

Target nir-emisi harus dicapai paling lambat pada 2050 untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat celcius. Pada Agustus 2021, 14 anggota G20 telah berkomitmen untuk mencapai target netral karbon yang mencakup hampir 61 persen emisi GRK global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rayful Mudassir
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper