Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasokan Jagung Subsidi untuk Peternak Masih Terbatas

Volume jagung pakan subsidi yang diterima peternak layer masih terbatas. Perum Bulog dikabarkan belum memiliki stok yang memadai untuk memasok jagung secara rutin.
Petani memanen jagung untuk pakan ternak ayam di Dusun Guha, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Selasa (18/7)./ANTARA-Adeng Bustomi
Petani memanen jagung untuk pakan ternak ayam di Dusun Guha, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Selasa (18/7)./ANTARA-Adeng Bustomi

Bisnis.com, JAKARTA – Volume jagung pakan subsidi yang diterima peternak layer masih terbatas. Perum Bulog dikabarkan belum memiliki stok yang memadai untuk memasok jagung secara rutin.

Peternak layer dari Koperasi Peternak Blitar Sukarman mengatakan bahwa sejauh ini peternak di wilayahnya baru menerima 1.000 ton jagung. Menurutnya, koperasi telah mengumpulkan pengajuan jagung lebih dari 2.000 ton.

“Di pengajuan pertama kami meminta 1.165 ton, tetapi Bulog baru menyalurkan 1.000 ton. Mereka belum menyalurkan lagi sisanya, karena belum memiliki pasokan,” kata Sukarman, Rabu (13/10/2021).

Berdasarkan informasi yang dia peroleh dari Bulog, perusahaan belum melanjutkan pembelian jagung dari produsen karena belum mendapat instruksi soal harga pembelian pemerintah. Harga jagung pipil kering sendiri kini berkisar di angka Rp5.600 sampai dengan Rp5.800 per kilogram.

“Stok dari pasokan pertama mungkin hanya cukup untuk 2–3 hari lagi. Jika tidak ada jaminan pasokan, peternak bisa teriak-teriak lagi,” katanya.

Dari volume penugasan penyerapan 30.000 ton jagung yang dilaksanakan Bulog, sebanyak 15.000 ton dialokasikan untuk Koperasi Peternak Blitar.

Sementara itu, Koperasi Peternak Kendal mendapat alokasi 8.000 ton, Koperasi Peternak Lampung 1.500 ton, Pinsar 2.000 ton, dan sisanya untuk beberapa asosiasi serta peternak mandiri.

Sebelumnya, Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog Mokhamad Suyamto mengatakan bahwa jagung merupakan salah satu komoditas yang sejatinya masuk dalam penugasan Bulog sebagaimana tertuang dalam Perpres Nomor 48/2016 tentang Penugasan kepada Perusahaan Umum (Perum) Bulog dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional.

Di sisi lain, pola produksi jagung cenderung fluktuatif dan mencapai puncaknya pada Februari atau Maret. Sementara itu, pada bulan-bulan setelahnya, produksi lebih rendah dengan neraca defisit, karena kebutuhan bulanan lebih tinggi.

“Kami melihat saat panen raya Februari–Maret itu harus ada yang menyerap dan menampung. Tujuannya untuk stabilisasi harga di produsen dan menyiapkan stok sebagai cadangan jagung pemerintah,” kata Mokhamad.

Perum Bulog sendiri telah memulai pembangunan fasilitas pengering jagung dan silo di beberapa lokasi sentra produksi jagung.

Fasilitas itu di antaranya berlokasi di Gorontalo, Grobogan, Wonogiri, Tuban, Dompu, dan Lampung. Adapun, masing-masing unit tersebut memiliki kapasitas pengering 90 ton per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Lili Sunardi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper